Pencurian Uang Digital Semakin Marak

Jakarta - Selain virus Android yang merajalela, tren kemanan baru yang paling menonjol pada kuartal kedua adalah jumlah pencurian terhadap uang digital Bitcoin.

Bitcoin sendiri adalah mata uang digital yang dibangun dari infrastruktur pertemanan (peer-to-peer), serta didesain untuk transaksi keuangan yang anonim dan tak terpusat.


Transaksi dilakukan pada server, disebut penambang Bitcoin, yang digunakan untuk melakukan pertukaran dan pemrosesan Bitcoin.


Infrastruktur ini bergantung pada jaringan komputer yang saling terkoneksi dan bertindak sebagai sumber daya yang memungkinkan penambang Bitcoin untuk bekerja.


Uang virtual ini bisa dikonversi ke mata uang lain atau bisa juga digunakan untuk membayar barang dan jasa di toko online (bitcoin sebagai mata uang digital direpresentasikan menggunakan huruf 'b' kecil sementara Bitcoin infrastruktur menggunakan huruf 'B' besar).


Nilai bitcoin meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, satu unit bitcoin setara dengan kurang dari USD 1 sen, namun sekarang nilainya setara dengan kurang lebih USD 130.


Meski tingkat mata uang Bitcoin volatil, mata uang ini terus meningkat dengan stabil. Popularitas, anonimitas, dan meningkatnya nilai Bitcoin menjadi daya tarik bagi para penjahat cyber untuk menyasar Bitcoin secara agresif.


Selain itu, Bitcoin menjadi mata uang pilihan para penjahat cyber untuk melakukan bisnis karena bitcoin sangat anonim, memiliki proses transaksi yang aman, dan tidak memiliki prosedur atau persyaratan perundang-undanganan serta keuangan, sehingga sulit untuk dilacak.


Nah, kerena keuntungan dan popularitasnya itulah yang membuat para penjahat cyber mulai melirik Bitcoin. Terlebih lagi beberapa waktu lalu serangan terhadap mata uang digital itu sudah semakin sering terjadi. Seperti dalam keterangan yang diterima detikINET dari Minggu (25/8/2013).


Pada bulan April, tim riset Kaspersky Lab mengklaim menemukan memergoki para penjahat cyber yang menggunakan Skype untuk mendistribusikan malware yang menyasar penambangan Bitcoin.


Malware ini menggunakan rekayasa sosial untuk menginfeksi korban, lalu menginstal malware ke komputer yang telah terinfeksi dan mengubah komputer korban menjadi sumber daya CPU sebagai budak untuk menambang Bitcoin. Bitcoin yang ditambang menggunakan komputer korban kemudian dikirim ke akun para pelaku.


Satu bulan berikutnya, pakar keamanan Kaspersky Lab mengidentifikasi kegiatan berbahaya lain terkait Bitcoin, yaitu serangan phishing Brazil.


Sama halnya dengan penggunaan Skype untuk menginfeksi komputer, para penjahat cyber bergantung pada rekayasa sosial untuk menginfeksi korban, namun kali ini para pelaku menggunakan email phishing untuk mengarahkan pengguna ke versi palsu dari salah satu situs trading Bitcoin terkenal, MtGox.


MtGox menangani sejumlah besar transaksi resmi, jadi tujuan kegiatan ini adalah untuk mengecoh pengguna agar memberikan kredensial login mereka, yang memungkinkan para pelaku untuk mencuri Bitcoin langsung dari akun pengguna.


Serangan serupa juga sempat dilakukan dengan memanfaatkan celah di Android. Bug yang sudah diakui Google ini memungkinkan penjahat mencuri bitcoin dari dompet digital seseorang.


(eno/eno)