"Data terbaru IndiSchool, posisi Juli lalu sudah menembus omzet Rp 2,1 miliar per bulan. Bagi saya ini sesuatu yang luar biasa karena program tersebut dimulai dari nol dan masih baru," ungkap Direktur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin di Jakarta, Senin (19/8/2013).
Saat paparan media akhir Juli lalu, pendapatan dari program Indischool ini diproyeksikan Rp 669,297 juta dengan jumlah 77.241 pengguna di 15.724 sekolah. Namun kenyataannya malah melesat setelah Telkom berhasil membangun 19 ribu titik WiFi.
"Saya harus jelaskan pola sistem billing di industri telekomunikasi. Angka yang terakhir itu (Juli), artinya dari billing Juni. Sedangkan yang Juni artinya billing untuk Mei. Nah, karena sekarang sudah Agustus, tentu angka Juli sudah ada dan itu saya berikan yang terbaru," ungkapnya.
IndiSchool merupakan program Telkom dalam menyediakan akses Internet WiFi yang mudah, murah dan berkecepatan tinggi di sekolah-sekolah. Investasi yang dikeluarkan untuk satu sekolah itu sekitar Rp 10-Rp 15 juta mengingat ada sekitar tiga hingga lima access point yang dibangun.
Telkom sendiri mengalokasikan dana sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun untuk biaya penyediaan WiFi di 100 ribu sekolah hingga akhir 2013 ini.
"Untuk kecepatannya kami menyediakan speed bandwidth 10 Mbps untuk tiap akses Wifi dengan tarif murah bagi kantong pelajar, hanya Rp 1.000 untuk pemakaian 24 jam," kata Prasabri Pesti, EGM Divisi Telkom Barat di lain kesempatan.
Direktorat Enterprise and Business Services Telkom memasukkan IndiSchool dalam program Indonesia Digital Society (Indiso) dimana dua kegiatan lainnya adalah IndiPreneur dan IndiFinance. Ketiga program ini targetnya menghasilkan omzet sekitar Rp 50 miliar pada akhir tahun nanti.
Diungkapkannya, pendapatan yang tumbuh nyaris dua kali lipat dari bulan Juni tersebut hanya dari connectivity, belum dari advertising, content, dan lainnya. Posisi pada Juni pendapatan IndiSchool sebesar Rp 691,379 juta dengan 12.686 sekolah dan 73.563 pengguna.
"Posisi hari ini sudah 19.107 sekolah. Insya Allah akhir Agustus akan tembus 20 ribu sekolah," kata Awaluddin lagi.
Menurutnya, jika menembus 20 ribu sekolah maka pendapatan dari setiap sekolah per bulan adalah Rp 100 ribu. Hal ini berarti dari sisi Average Revenue Per User (ARPU) setara dengan layanan Fixed Broadband Speedy dimana ARPU satu sambungan layanan pasca bayar 384 Kbps adalah Rp 99 ribu.
"Bayangkan kalau kami tembus 100 ribu sekolah. Di bisnis ini size does matter. Kita perbesar terus ekosistemnya agar mesin pendapatan berjalan. Apalagi tren ke depan itu pengguna smartphone senangnya akses internet via WiFi. Telkom berani investasi di muka untuk menuai keberhasilan di masa depan," pungkas mantan bos Telkom Sumatera ini.
(rou/ash)
