Mengandalkan sebuah perangkat openBTS yang dikombinasikan dengan script yang dijalankan pada sistem opreasi Ubuntu, Onno menjalankan perangkatnya pada frekuensi 900 MHz yang ditempatkannya pada channel 50.
"Penggunaan OpenBTS sangat sesuai bagi wilayah pelosok yang sulit terjangkau jaringan seluler, karena dapat meng-cover satu wilayah desa dengan cakupan mencapai 20 KM. Namun tentunya komunikasi yang dapat dilakukan seperti berteleponan dan sms hanya dapat dilakukan secara 'lokal'," jelasnya di event IGF 2013 di Bali, Selasa (22/10/2013).
Meski begitu Onno menambahkan, bukan tidak mungkin Open BTS garapannya dapat melakukan komunikasi lintas operator. Hanya saja hal tersebut menurutnya terhalang regulasi.
Menariknya, ternyata tidak dibutuhkan kartu SIM yang spesifik untuk dapat merasakan 'layanan' openBTS tersebut. Berbekal kartu SIM yang sudah diluar masa tenggang pun atau istilahnya hangus', openBTS tetap mampu memberikan layanan.
Hal itu memungkinkan karena menurut Onno, sejatinya sebuah jartu SIM hanya berfungsi sebagai jembatan antara ponsel penggunanya dengan openBTS yang dikendalikan lewat script garapannya atau yang disebutnya sebagai sentral.
Lebih asyiknya lagi, pengguna dapat secara bebas menggunakan layanan telepon, sms hingga internet berbasis GPRS tanpa dipungut pulsa sedikit pun kala menggunakan layanan open BTS. Namun tentunya semua layanan tersebut terbatas pada coverage openBTS itu sendiri.Next
(yud/tyo)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!