Menyambung Hidup di 'Tong' Sampah Elektronik Raksasa

http://us.images.detik.com/content/2014/02/03/398/145650_bogbloshie1gettyimage.jpgPemulung di Agbogbloshie, Ghana. (GettyImages)


Jakarta - Asap hitam membubung di sebuah titik di gunung pembuangan sampah di Agbogbloshie, Ghana. Puluhan anak kecil tak risih. Anak-anak bertelanjang kaki itu terus memulung berbagai barang elektronik bekas, yang bisa dibakar dan ditukar dengan duit.

Inilah 'tong' sampah raksasa untuk berbagai macam sampah elektronik yang berasal dari berbagai belahan dunia. Ada sekitar 50 ribu orang yang tinggal di sekitarnya, dan menggantungkan hidup dari sampah-sampah tersebut.


Berbagai sampah elektronik itu dibakar untuk mendapatkan tembaga, timah, dan logam lainnya, yang bisa dijual. Mereka tak perduli bahwa asap dan sisa pembakaran itu sangat beracun sifatnya. Kesehatan tak apa-apa untuk dikorbankan.


“Ini cara hidup yang saya tahu,” kata Badugu, 25 tahun, salah seorang pemulung di sana, seperti dikutip kantor berita DW. “Saya butuh uang, makanya saya bekerja begini.”


Di sebelah Badugu beberapa anak sibuk membongkar televisi. Anak yang lain mengarahkan kayu bermagnet ke tumpukan-tumpukan sampah untuk menarik kabel atau logam lain.


Peter, lelaki yang lain, berada tak jauh dari sana, di tumpukan kulkas, mesin foto kopi, dan baterai mobil. Dia menunjukkan bekas-bekas luka tertusuk kaca dan logam di kakinya. “Kepala saya juga suka sakit,” katanya.


Peter bilang, anak-anak lain ada yang mengeluh sakit pernafasan. Bahkan sampai ada yang batuk dan mengeluarkan darah. Mata mereka juga kerap sakit. “Saya ingin sekolah, itulah mengapa saya di sini, mengumpulkan uang,” katanya.Next


(DES/ash)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!