Saran pertama ialah dengan cara mengadopsi teknologi BTS mini alias small cell. Teknologi ini bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan operator dalam menyediakan akses jaringan untuk pelanggan di daerah rural.
Sesuai namanya, penggunaan infrastruktur BTS mini ini tidak semahal biaya yang dikeluarkan untuk BTS standar. Teknologinya pun sudah cukup lumayan karena bisa mencakup layanan 2G, 3G, hingga 4G LTE.
"Small cell ini cocok bagi operator di archipelago country yang ingin generate revenue dari rural area. Teknologi BTS mini ini juga mengurangi biaya operasional mereka," kata Head of Customer Marketing Sub Region Indonesia, Niko Steffanus Sutikno di Penang Bistro, Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Namun sayangnya, tidak semua area bisa dilayani dengan teknologi ini karena semua tetap tergantung dari kontur topografi areanya. "Tetap harus kita assesment dulu, baru kita lihat bisa atau tidaknya. Tapi setidaknya, semakin banyak area yang bisa dijangkau dengan small cell ini," lanjut Niko.
Satu lagi saran dari NSN adalah dengan cara mengadopsi Liquid Apps Network. Niko mengambil contoh area Jakarta. Setiap harinya, terjadi lonjakan trafik besar yang masuk ke Jakarta dari area pinggiran kota. Namun, trafik di Jakarta kembali sepi setelah malam hari.
"Ada ribuan device yang masuk dari suburban ke Jakarta tiap pagi, lalu mereka malamnya balik lagi. Kalau bangun jaringan tapi cuma terpakai pagi sampai malam saja kan sayang investasinya, lebih baik pakai Liquid Apps Network ini, jadi bisa sharing kapasitas network ke jaringan lain yang lebih sepi trafiknya," kata dia.
Kedua teknologi ini sudah mulai digunakan oleh sejumlah operator. Namun sayangnya, NSN masih enggan mengungkapkan siapa saja yang telah menjadi kliennya. Namun dipastikan, operator tak akan rugi mengadopsi teknologi ini. Bahkan jaringannya tetap ngebut di saat trafik padat sekalipun.
(rou/fyk)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
