Semenjak peristiwa pembajakan pesawat yang menabrak gedung pencakar langit di kota New York pada tahun 2001 itu, keamanan pintu kokpit di pesawat diperketat. Tujuannya adalah, untuk mencegah orang asing atau teroris bisa masuk ke dalam dan membajak pesawat.
Sejak saat itu, jika pilot membuka pintu kokpit dan keluar, pintu tersebut akan terkunci secara otomatis. Airbus A320 sendiri dibekali mekanisme penguncian ini, yang mencegah akses tidak berizin ke kokpit ketika pesawat sedang dalam penerbangan.
Selama penerbangan, pintu kokpit selalu tertutup dan terkunci. Kontrol buka tutupnya dilakukan melalui alat bernama Cockpit Door Locking System (CDLS) yang terletak di antara pilot dan kopilot.
Dikutip detikINET dari DailyMail, Jumat (27/3/2015), pilot juga dapat memantau kamera CCTV untuk melihat siapa yang akan masuk. Pilot memang berkuasa penuh atas pintu kokpit ini dan dapat memilih siapa yang masuk.
Kru kabin yang lain memang bisa masuk ke dalam kalau ada situasi darurat. Meski begitu, pintu kokpit dirancang tetap dapat terkunci total dalam waktu yang ditentukan oleh pilot selama lima sampai 20 menit. Pilot bisa melakukannya kalau merasa ada ancaman atau dalam situasi tertentu sehingga pintu tetap terkunci.
Kru kabin pun tidak dapat masuk dalam situasi tersebut. Baru setelah waktu yang ditentukan berlalu dan pilot tidak melanjutkan mengunci pintu, mereka dapat masuk dengan menekan kode tertentu dari luar.
Mekanisme itu yang diduga disalahgunakan sang kopilot Germanwings. Pilot yang baru dari toilet sebenarnya sudah menekan kode untuk dapat masuk, akan tetapi sang kopilot tetap menguncinya dari dalam setelah waktu yang ditentukan.Next
(fyk/ash)