Desas-desus itu muncul bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejak bergabungnya Elop di Nokia, penjualan dan profit vendor 'ponsel sejuta umat' itu tak kunjung baik. Bahkan cenderung turun hingga pertengahan 2013.
Di Microsoft Elop sebenarnya sudah mendapatkan posisi yang cukup mentereng. Sejak 2008 ia sudah menjabat sebagai Head of the Business Division yang bertanggung jawab untuk Microsoft Office dan jajaran produk Microsoft Dynamics.
Tepat pada September 2010 Elop akhirnya bergabung dengan Nokia sebagai CEO, menggantikan Olli-Pekka Kallasvuo yang sudah 4 tahun memimpin. Saat itu Elop juga menjadi direktur pertama Nokia yang bukan berasal dari Finlandia.
Jajaran direksi Nokia sangat berharap banyak dari Elop, sampai-sampai ia diberikan bonus sebesar USD 6 juta setelah bergabung selama 6 bulan. Nokia menyebut ini sebagai kompensasi dari hilangnya pendapatan di perusahaan sebelumnya.
Namun apa yang diharapkan sepertinya tak kunjung tiba. Elop sepertinya tidak mampu membawa Nokia kembali ke masa jayanya, bahkan berdasarkan grafik penjualan yang diliris The Guardian penjualan Nokia cenderung menurun di masa kepemimpinan Elop.
Dari tabel di atas juga bisa dilihat bahwa profit dan penjualan Nokia langsung anjlok saat mereka memutuskan menggunakan sistem operasi Windows Phone. Inilah awal keterpurukan Nokia sebelum akhirnya jatuh di genggaman Microsoft.
Dengan menggelontorkan dana sebesar USD 7,2 miliar , Microsoft berhasil mendapatkan sejumlah lini bisnis ponsel Nokia yakni divisi perangkat, paten, dan layanan lainya.
Tidak semua dijual memang, tapi nilai sebesar itu jauh lebih kecil dibanding saat Microsoft membeli Skype dengan USD 8,5 miliar, atau dibandingkan Google saat membeli Motorola Mobility dengan mahar USD 12,5 miliar. Muncul dugaan liar bahwa Nokia telah dijual murah.
Pun begitu Nokia masih menyisakan tiga bisnis besar mereka lainnya yakni infrastruktur jaringan dan layanan telekomunikasi, pemetaan dan lokasi, serta pengembangan teknologi.
Dibelinya Nokia oleh Microsoft membuat sejumlah pejabat seperti Stephen Elop, Jo Harlow, Juha Putkiranta, Timo Toikkanen, dan Chris Weber merapat ke barisan Microsoft. Tapi ada satu yang mengejutkan adalah, kemungkinan Elop menggantikan Steve Ballmer, sang CEO Microsoft.
Pembelian Nokia dan kembalinya Elop ke Microsoft dilakukan tepat setelah Ballmer mengumumkan akan mengundurkan diri . Elop, yang akan memimpin divisi Windows Phone, Xbox dan Surface di Microsoft dipercaya menjadi kandidat kuat untuk memimpin Microsot. Ballmer pun mengakui hal itu.
"Dari (kandidat) eksternal, Stephen kini bisa menjadi (kandidat) internal. Dewan akan terus menilai para kandidat tersebut," kata Ballmer, seperti dikutip detikINET dari Seattle Times, Rabu (4/9/2013).
Elop Mendadak Tak Percaya Diri
Keganjilan lain adalah ketika Elop melakukan konferensi pers setelah akuisisi terjadi. Pasalnya, Elop yang biasanya tampil percaya diri, mendadak menjadi orang yang skeptis.
Kepercayaan dirinya terlihat saat dia tak pernah mau mengakui secara langsung kekalahan posisi Nokia dengan Windows Phone yang masih di bawah Apple dan Samsung.
Ingat juga gaya meledak-ledaknya saat berbicara tentang kompetitor Window Phone. Bagaimana saat Elop membanting iPhone milik seorang presenter televisi dalam sebuah wawancara
Kini semua tak terlihat lagi saat Elop berbicara setelah akuisisi itu terjadi.
"Kita harus menyatukan kekuatan agar bisa memberikan terobosan bagi konsumen kami. Saya merasa frustasi sudah tertinggal begitu jauh dari para pesaing kami," kata Elop, merujuk pada Android dan iOS.
"Kini, impian kami untuk menjadi ekosistem nomer tiga akan menjadi kenyataan," yakin Elop.
Entah ada apa di balik akusisi Microsoft terhadap Nokia. Namun yang jelas hal ini menjadi salah satu jalan memuluskan Elop untuk menduduki kursi kepimpinan orang nomer satu di Microsoft.
(eno/tyo)