Sejak Senin pagi waktu setempat, pendemo sudah memberhentikan bus besar yang memang biasa mengantar jemput karyawan Google tersebut. Para pendemo tersebut kesal dengan kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh karyawan raksasa teknologi tersebut.
Pasalnya, seperti dikutip detikINET dari Huffington Post, Selasa (10/12/2013), akibat gaji besar yang didapatkan oleh karyawan Google tersebut, harga perumahan di sekitar mereka menjadi sangat tidak terjangkau.
Para pendemo tersebut rela menahan dingin sambil menumpahkan uneg-unegnya dalam bentangan papan yang bertuliskan seperti 'Stop Displacment Now' atau 'Public $$$ Private Gains'.
Dalam situsnya, mereka tak ingin kota mereka tinggal menjadi semacam kota tier-2, di mana hanya dijadikan tempat tinggal sedangkan kantor bekerja berbeda. Sehingga tidak memberikan kontribusi apa-apa pada kota.
"Kami ingin menghentikan ketidakadilan dalam kota tier-2 di mana masyarakat yang membayar (pajak) dan perusahaan swasta yang mendapatkannya," teriak pendemo di situsnya.
"Bus mereka mengangkut 200 karyawan dan berhenti kira-kira 7.100 kali setiap hari tapi tanpa izin atau memberikan kontribusi dana untuk mendukung infrastruktur publik ini," tandasnya seraya menuntut Google membayar USD 1 miliar atau sekitar Rp 12 triliun untuk membangun kota.
(tyo/rou)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!