Candy Crush Picu Keretakan Rumah Tangga

London - Seorang ibu rumah tangga di London mengaku tak tahan lagi menghadapi tingkah suaminya. Kecanduan game Candy Crush, membuat sang suami bertingkah aneh. Sikapnya ini membuat rumah tangganya tak lagi harmonis.

Patricia Willcox, wanita berusia 46 tahun ini, pertama kali mendapati suaminya Brian Willcox menghibur orang tak dikenal dengan bertelanjang dada di depan webcam. Ini dilakukannya untuk merayu orang tersebut memberikan extra live. Tentu saja agar dia bisa melanjutkan permainan Candy Crush.


Sejak itu saya mulai paham, mengapa belakangan ini dia bertingkah aneh. Ketika suami mengabaikan masakan Anda dan lebih memilih sekantong makanan kucing, Anda tahu ada yang salah. Saya sudah tak tahan lagi," tuturnya.


Seperti detikINET kutip dari situs NewsBiscuit, Rabu (15/1/2014), Patricia menceritakan bagaimana suasana makan malamnya pada Natal silam berubah menjadi mimpi buruk.


"Brian menyingkirkan semua makanan di meja. Dia lalu menyebar lima kantong permen di meja makan, lalu menyusunnya. Dia tertawa mengerikan, lalu memecahkan permen-permen tersebut dengan palu," kata Patricia lirih.


"Saya dan anak-anak berusaha membersihkan meja makan dari permen, lalu dia menatap kami dengan aneh dan mulai menggeram seperti hewan. Anak-anak bahkan trauma dengan kejadian ini, mereka sampai harus mendapatkan bimbingan konseling di sekolah. Saya hanya ingin kehidupan kami yang dulu kembali," ujarnya menahan tangis.


Psikolog Dr. Knubwell mengatakan, kondisi seperti ini sangat tidak wajar. Itu sebabnya, ada beragam program penyembuhan psikologis bagi mereka yang merasa kecanduan game mereka sudah tak terkontrol.


"Orang yang kecanduan game seperti Brian memerlukan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Saya rasa dengan kian populernya game Candy Crush, mungkin perlu ada cabang khusus penyembuhan psikologis Candy Crush rehab," ujarnya.


Brian saat ini sedang dalam proses penyembuhan dari kecanduannya bermain Candy Crush. Kondisinya berangsur membaik. Dikatakan Dr Knubwell, Brian tak hanya perlu terapi psikis tetapi juga sejumlah dosis obat untuk mengobati kecanduannya tersebut.


(rns/rou)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!