Kedua belah pihak akhirnya menandatangani perjanjian jual-beli bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA). Dengan adanya CSPA ini, maka due diligence terhadap entitas yang akan dibeli sudah bisa dilakukan.
President Director & CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi, sebelumnya mengatakan, CSPA ini merupakan langkah penting bagi XL untuk selangkah lebih maju menguasai Axis beserta aset-asetnya, termasuk kepemilikan frekuensi. Namun dengan syarat, rekomendasi teknis dari pemerintah juga ikut mendukung.
Dalam CSPA antara XL dan STC dinyatakan, XL akan membayar nilai nominal saham yang disepakati dan akan membayar sebagian dari hutang dan kewajiban Axis. Hingga semester pertama 2013, Axis memiliki hutang senilai Rp 11,064 triliun.
Axis sendiri ditaksir sebesar USD 865 juta dengan catatan buku keuangan Axis bersih dari hutang dan posisi kas nol (cash free and debt free) dalam CSPA ini. Nantinya, jika transaksi terjadi, harga pembayaran akan digunakan untuk membayar nilai nominal saham Axis serta membayar hutang dan kewajiban Axis.
Hal yang menjadi pertanyaan dalam perjanjian ini adalah langkah dari STC yang rela dibayar sahamnya di bawah nilai pasar Axis. Sebelumnya, banyak analis yang memprediksi nilai saham STC di Axis sebesar USD 880 juta.
Hal lainnya adalah ditebusnya saham STC oleh XL dimana dana yang didapat sudah diplot untuk membayar hutang Axis. Bisa dibilang saat melepas kepemilikan di Axis, STC hanya mengurangi beban hutang.
Sebagai operator terbesar di Arab Saudi, isu keuangan tentu tak jadi masalah bagi STC. Menjadi pertanyaan, karena STC terkesan tak ingin mendapatkan kompensasi atas investasi yang dilakukan Axis sejak beroperasi di Indonesia 2008 silam.
Anita Avianty selaku Head of Corporate Communication Axis, tak mau berkomentar. "Kami tidak dalam posisi bisa memberikan komentar untuk transaksi ini. Lebih baik tanyakan saja ke XL," ujarnya saat dikonfirmasi detikINET, Jumat (27/9/2013).
Pun begitu dengan Turina Farouk, Vice President Corporate Communication XL Axiata. "Kalau benefit untuk STC, kami tidak bisa memberikan respons. Sebaiknya ditanyakan ke mereka saja," tukasnya.
Harga Axis sendiri terbilang rendah. Jangan bandingkan akuisisi XL terhadap Axis dengan aksi Verizon Communications yang mengakuisisi Vodafone. Untuk membeli 45% saham Vodafone saja, Verizon harus merogoh kocek USD 130 miliar atau sekitar 1.428 triliun.
Dengan aplikasi ponsel semacam Instagram dan Tumblr saja, nilai akuisisi Axis ternyata juga masih di bawahnya. Instagram saat dibeli Facebook ditebus seharga USD 1 miliar. Sementara Tumblr diakuisisi Yahoo! dengan gelontoran fulus USD 1,1 miliar.
Sementara Axis, meski baru punya 17 juta pelanggan seluler, namun aset yang dimilikinya cukup lumayan. Operator itu punya 1.600 menara yang diperkirakan bernilai USD 200 juta dan peralatan jaringan senilai USD 80 juta. Menara ini tentu bisa dilego dengan nilai yang lebih besar nantinya.
Belum lagi dari nilai frekuensi. Axis menduduki dua blok 3G di 2,1 GHz, yakni blok 11 dan 12. Sementara untuk 1.800 MHz memiliki lebar pita 15 MHz. Dengan akuisisi ini, XL yang sudah punya tiga blok kanal setara 15 MHz di 2,1 GHz bisa menjadi penguasa frekuensi 3G.
Di 1.800 MHz, XL yang cuma punya 7,5 MHz, sudah ancang-ancang menggelar layanan 4G berbasis LTE dengan gabungan frekuensi 15 MHz yang lisensinya dikantungi Axis. Untuk 2G sendiri, XL masih punya 7,5 MHz di pita 900 MHz.
Untuk memuluskan akuisisi ini, XL sebelumnya telah merelakan untuk mengembalikan satu blok 3G atau sebesar 5 MHz ke pemerintah. Meski demikian, kelompok usaha Axiata Group ini berharap, frekuensi yang dimiliki keduanya saat ini tetap bisa digunakan seluruhnya tanpa harus dikembalikan.
Pasalnya, dari catatan di CSPA ini, transaksi jual-beli XL-STC bisa batal jika tidak mendapatkan persetujuan dari instansi pemerintah terkait dan pemegang saham XL melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) jika terjadi perubahan dari kepemilikan spektrum.
(rou/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!