Memang, dari sisi jumlah pelanggan, bersatunya kedua entitas bisnis seluler itu belum bisa langsung menyamai raihan yang dimiliki Telkomsel saat ini. Jika XL dan Axis digabung, keduanya hanya memiliki 75 juta pelanggan. Masih 50 juta di bawah Telkomsel yang sudah 125 juta.
Namun dengan jumlah frekuensi yang dimiliki XL dan Axis, Telkomsel seharusnya khawatir. Pasalnya, jumlah frekuensi 3G keduanya jika digabung akan lebih besar dari anak usaha Telkom ini. Dengan frekuensi terbatas saja XL berani jor-joran perang tarif, bisa dibayangkan bagaimana nanti dengan ruang frekuensi yang lebih lega.
Seperti diketahui, XL yang telah menguasai tiga blok 3G (15 MHz) di 2,1 GHz bisa menjadi lima blok (25 MHz) dengan tambahan dari Axis. Di 1.800 MHz, XL yang tadinya cuma punya 7,5 MHz bisa menjadi 22,5 MHz dengan tambahan 15 MHz dari Axis. XL juga masih punya 7,5 MHz di pita 900 MHz.
Sementara Telkomsel, cuma punya tiga blok (15 MHz) di spektrum 2,1 GHz. Namun di 1.800 MHz, Telkomsel punya jumlah spektrum yang sama dengan gabungan kedua entitas tersebut, 22,5 MHz (7,5 MHz + 15 MHz).
Dari sisi infrastruktur BTS, gabungan XL-Axis hingga akhir tahun pun belum mengejar jumlah BTS yang dimiliki Telkomsel saat ini. XL hingga akhir tahun saja baru genap 49.000 BTS, sementara kalau ditambah dengan 10.000 BTS milik Axis, masih di bawah Telkomsel yang saat lebaran lalu saja sudah 62.000 BTS.
Secara keseluruhan, dua kekuatan baru ini memang belum langsung menyamai head to head sang pemimpin pasar, namun setidaknya sudah hampir mendekati. Lantas bagaimana reaksi Telkomsel dengan ancaman ini?
Direktur Utama Telkomsel, Alex Janangkih Sinaga, menanggapi pertanyaan ini dengan santai. "Kami terancam? Kecuali dia (XL) mengakuisisi Telkomsel, baru itu namanya mengancam," canda Alex, beberapa waktu lalu.
(rou/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!