"Saya rasa tidak tahun ini. Karena regulasinya belum siap, dan kami juga menunggu hasil merger dengan Axis," kata President Director & CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi di Euphoria, Menara Prima, Jakarta, Senin (23/9/2013).
Alasan XL menunggu merger dengan Axis tak lain karena operator ini ingin memanfaatkan spektrum gabungan keduanya di 1.800 MHz. Di spektrum itu XL hanya memiliki lebar pita 7,5 MHz. Sementara Axis punya 15 MHz.
"Frekuensi yang terbaik untuk LTE kalau bisa di 1.800 MHz. Kami akan refarming karena 2G pelan-pelan akan turun, jaringannya bisa dibangun untuk 4G. Tinggal ganti modul dan softwarenya. Di 1.800 MHz kami cuma punya 7,5 MHz saja, makanya kami ingin ada akuisisi itu," jelasnya.
Hasnul juga menilai, 1.800 MHz frekuensi yang tepat untuk menggelar LTE karena ekosistemnya sudah terbentuk di spektrum tersebut.
"Dari sisi handset, di 1.800 MHz sudah banyak diproduksi. LTE ini tidak ada artinya kalau tidak ada komunitas dan ekosistem bisnisnya," ujarnya.
XL sendiri saat ini tengah menggelar trial LTE di Jakarta dan Bali. Di Jakarta, XL menggunakan spektrum 1.800 MHz, sedangkan di Bali masih menggunakan spektrum 2,1 GHz yang ditempati 3G.
"Trial ini nggak ada biayanya karena pakai infrastruktur yang sudah ada. Untuk LTE meskipun trial ini kami menggunakan Huawei, tapi nanti akan ditender lagi vendornya, jadi tidak hanya Huawei," pungkasnya.
(rou/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!