"Kita nomor dua sekarang dan sudah mengalahkan Jepang. Smartphone jadi pilihan karena lebih gampang digenggam dibanding tablet," kata Tjandra Lianto, Direktur Pemasaran Advan kepada detikINET di Senayan City, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Pernyataan ini diungkap Tjandra berdasarkan sejumlah hasil riset yang ditelusurinya, termasuk dari IDC. Menurutnya, pertumbuhan penjualan smartphone jika dilihat dari hal positifnya, bagus untuk memperluas penggunaan akses internet.
"Pertumbuhan internet di Indonesia sangat signifikan. Mayoritas orang mengakses internet sekarang dari ponsel genggamnya dibanding lewat desktop PC maupun tablet," pungkasnya.
Indonesia, menurut data terakhir Badan Pusat Statistik, ternyata cukup banyak menghamburkan uang untuk impor produk telekomunikasi. Dalam setahun terakhir saja bisa lebih dari 12,6 miliar atau hampir Rp 150 triliun yang dibelanjakan.
Tingginya angka impor telekomunikasi bisa kita lihat dari belanja USD 2,6 miliar untuk impor ponsel yang mencapai 15.338 ton lebih di sepanjang 2013. Sementara belanja infrastruktur operator berupa perangkat radio dan stasiun pemancar diperkirakan mencapai USD 10 miliar.
"Daya beli masyarakat Indonesia untuk beli smartphone cukup tinggi. Satu pengguna bisa beli lebih dari satu. Bahkan mereka bisa punya 2-3 smartphone karena nomor selulernya beda-beda. Pertumbuhan smartphone itu 10 kali lipat dari tablet, pangsa pasarnya masih sangat besar sekali," kata Tjandra.
Angka impor produk telekomunikasi ini bukan tak mungkin semakin meningkat di tahun 2014 ini seiring kehadiran teknologi baru. Apalagi sebentar lagi Indonesia juga akan mengusung teknologi 4G LTE untuk para operator seluler.
"Tahun lalu kami di Smartfren mengimpor sekitar 1,8 juta unit smartphone dan dongle. Tahun ini ada sekitar 4,8 juta unit untuk kedua perangkat itu yang akan diimpor," kata Direktur Smartfren Merza Fachys dalam kesempatan sebelumnya.
(rou/eno)