Hanya saja beda dunia, beda realita. Di jagat teknologi informasi (TI) misalnya, sikap stagnan malah akan jadi bumerang, dan pelan-pelan justru bakal menenggelamkan perusahaan. Walaupun perusahaan tersebut di tahun sebelumnya sudah terbukti sukses.
Hal inilah yang diungkapkan David Webster, President EMC untuk kawasan Asia Pasifik dan Jepang. Webster memang tak lantas menyarankan perusahaan untuk mengganti seluruh SDM-nya agar dapat lebih kompetitif. Namun yang dimaksud di sini adalah, perusahaan diimbau untuk peka terhadap perubahan yang terjadi, dari sisi internal dan eksternal. Menurutnya, teknologi begitu dinamis dan memberikan efek domino yang sangat signifikan terhadap berbagai hal.
"Jika teknologi berubah maka otomatis pasar berubah, pola bisnis berubah, dan vendor yang bermain di bisnis ini juga harus berubah, termasuk EMC," kata Webster di hadapan sejumlah wartawan, termasuk detikINET, di event EMC World 2014 yang dihelat di Las Vegas, Amerika Serikat.
Webster menjelaskan, di dunia kerja saat ini telah muncul kaum millennial (juga dikenal sebagai pekerja baru). Mereka ini lahir di era mobile, menduduki posisi-posisi di korporasi, dan memiliki harapan tinggi kepada IT untuk memungkinkan melakukan bisnis sesuai dengan cepatnya kehidupan.
Otomatis, perubahan ini juga bakal terjadi di bisnis Asia Pasifik. Perubahan yang disoroti ada tiga hal, dari sisi consumer to consumer (C2C), business to consumer (B2C), serta business to business (B2B).
Perubahan itu yakni tentang bagaimana pelanggan berkomunikasi -- seperti menggunakan media sosial -- bagaimana cara karyawan bekerja (BYoD dan mobility), dan cara bisnis saling berkolaborasiNext
(ash/fyk)