Tak hanya di Indonesia, suramnya masa depan WiMAX juga terjadi di kawasan negara ASEAN lainnya. Malaysia, misalnya. Negara tetangga yang lebih dulu mengadopsi WiMAX ini perlahan juga mulai meninggalkan teknologi broadband wireless access (BWA) tersebut.
Tercatat ada tiga pemilik lisensi WiMAX di Malaysia, yakni YTL Communications Sdn Bhd, Packet One Networks (P1), dan REDtone. YTL yang mengkomersilkan WiMAX sejak 2010 lalu dikabarkan tengah menguji coba Time Division Duplexing alias TDD LTE.
Sementara P1 yang selama ini dikenal sebagai pionir WiMAX di Malaysia sejak 2008, 57% sahamnya telah dikuasai oleh Telekom Malaysia berhad (TM) yang lebih suka mengusung platform LTE untuk jaringan selulernya.
TM mengakuisisi 57% saham tersebut setelah menandatangani perjanjian investasi dengan Green Packet Bhd dan SK Telecom Co. Ltd. untuk mengembangkan LTE menggunakan frekuensi yang dimiliki P1. Nilai transaksi diperkirakan sekitar USD 170,2 juta.
Dalam situs resmi TM dinyatakan aksi akuisisi ini sesuai dengan visi perusahaan yang ingin menjadi penguasa broadband di Malaysia. "Kerjasama ini memungkinkan kami menyediakan platform LTE secara lebih efisien," kata TM Group Chief Executive Officer, Tan Sri Zam, seperti dikutip Senin (31/3/2014).
Pembagian tugas dari tiga raksasa telekomunikasi ini adalah TM akan mengoptimalkan kekuatannya di fixed line, SK Telecom akan mentransfer ilmu soal LTE, sedangkan Green Packet sebagai pemain perangkat 4G global akan memastikan bisnis P1 terus berjalan. Sebagai bagian dari perjanjian, TM akan menyuntikkan investasi sekitar 350 juta ringgit.Next
(rou/rou)