Setahun yang lalu calon penumpang kereta api harus mengantre panjang bila ingin membeli tiket. Apalagi di saat musim liburan, tak sekadar antre, calon penumpang juga harus berdesak-desakan saling mempertahankan antreannya atau bahkan menunggu berjam-jam untuk dapat antrean terdepan.
Tapi itu jadul (jaman dulu-red), dengan implementasi IT yang diterapkannya saat ini calon penumpang pun dapat memesan tiket sembari menonton acara TV kesukaannya di rumah. Ya, kini memesan tiket kereta api juga dapat dilakukan melalui aplikasi pada smartphone.
Selain itu, calon penumpang juga dapat dengan mudah memesan tiket kereta api melalui banyak minimarket maupun lokasi-lokasi pemesanan tiket online yang tersebar di seluruh pelosok daerah.
“Dulu memang jadul, tapi sekarang (KAI) menjadi luar biasa berkat implementasi IT. Kami juga masih tetap berusaha mengimplementasikan (IT) di seluruh bagian KAI,” ujar M. Kuncoro Wibowo, Managing Director IT PT KAI di The Plaza, Jakarta.
Namun transisi dari metode operasional lawas menuju komputerisasi bukannya tanpa jalan terjal. Tantangan dari pihak internal sendiri yang telah terbiasa dengan metode lama adalah hal yang harus dihadapi. Namun berkat sejumlah pelatihan yang dilakukan, Kuncoro mengklaim seluruh proses transisi dapat dilakukan dengan baik.
Selain itu Kuncoro juga menambahkan implementasi IT di PT KAI tidak sekadar memodernisasi sistem tetapi juga mengikuti tantangan bisnis yang kini semakin ketat. Salah satunya adalah memberikan kemudahan bagi konsumen yang menjadi daya tarik untuk memikat konsumen itu sendiri.
“Dulu KAI hanya menunggu konsumen datang. Kini jauh lebih baik dari itu, kami ‘mengantar’ jasa kami ke konsumen melalui aplikasi di smartphone maupun lokasi-lokasi pemesanan tiket online yang tersebar hingga ke pelosok. Jadi sekarang lebih customer oriented,” imbuh Kuncoro.
Saat ditanya perihal keterlambatan layanan commuter-line yang kadang terjadi, Kuncoro tak menampik hal tersebut. Disebutnya, PT KAI kini memasang sejumlah sensor di beberapa titik yang sering mengalami kegagalan sistem.
“Tujuan pemasangan sensor tersebut adalah sebagai dasar kami untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Lewat data yang dikirimkan oleh sensor tersebut, kami jadi lebih bisa memprediksi kerusakan yang mungkin akan terjadi dan melakukan tindakan preventif sebelumnya. Jadi kualitas pelayanan tetap terjaga,” pungkasnya. (yud/ash)