Di Indonesia, Strategi Pemasaran iPhone Paling Beda

Jakarta - Apple dikenal dengan aturannya yang ketat soal pemasaran produk. Namun pasar Indonesia yang disebut unik memaksa pembesut iPhone ini untuk mengubah strategi pemasarannya. Seperti apa?

Di negara-negara lain, Apple biasanya memasarkan iPhone dengan menggandeng operator seluler setempat. Metode yang dilakukan adalah dengan cara bundling iPhone bersamaan dengan penggunaan paket internet selama periode tertentu, umumnya 2 tahun.


Namun nyatanya strategi pemasaran yang kerap disebut jalur closed channel itu tak sesuai untuk pasar Indonesia. Karena konsumen Indonesia lebih suka membeli ponsel secara ‘bebas’ tanpa embel-embel kontrak.


"Sebelumnya strategi itu telah dilakukan Apple dengan menggandeng operator seluler di Indonesia, tapi dianggap tak efisien. Oleh karenanya untuk tahun 2014 khusus pasar Indonesia, Apple merubah strategi pemasarannya menggunakan metode open channel," ujar Djatmiko Wardoyo, Director Marcomm Erajaya di mall Taman Anggrek, Jakarta, Kamis [18/9/2014].


Open channel artinya Apple tak hanya memasarkan iphone melalui operator seluler tapi juga melalui distributor. Di Indonesia, salah satu distributor yang dipercaya Apple untuk memasarkan produknya adalah Erajaya.


Pun demikian, disampaikan Djatmiko tetap ada aturan dari Apple yang harus dipenuhi distributor, salah satunya adalah desain toko retail yang harus mengikuti standar Apple. Bahkan demi mengikuti standar tersebut, perabot yang ada dalam toko tersebut pun didatangkan sendiri oleh Apple.


"Oleh Apple ini disebut channel excellent program (cep), mereka ingin semuanya excellent. Tak cuma furniture kualitas kelas atas nan solid, sampai stiker dindingnya pun Apple sendiri yang mendatangkannya," imbuh djatmiko.


Erajaya sendiri mengklaim sebagai distributor pertama yang dipercaya Apple menjalankan cep. Mereka telah membuka toko retail Apple yang masuk kategori cep di mall Taman Anggrek yang diklaim pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.


(yud/fyk)