Bangun Ekosistem Digital, XL Ingin Panen Duit di 2015




Ilustrasi (Ist.)


Jakarta - Operator seluler XL Axiata tengah gencar-gencarnya membangun ekosistem digital services. Diakui, dari sisi revenue memang masih belum seberapa saat ini. Namun, jika ekosistem tumbuh pesat dalam tiga tahun ke depan, saat itulah XL akan 'panen duit'.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Istilah pribahasa ini mungkin bisa menjadi ilustrasi langkah ekspansi digital services yang sedang ditempuh oleh operator terbesar ketiga di Indonesia ini.


Layanan digital services yang tengah digarap XL antara lain, mobile advertising, mobile commerce, machine to machine (M2M), cloud services, dan mobile finance.


"Sejak akhir 2011, fokus kami di tiga tahun pertama bangun ekosistem dulu. Mempersiapkan back end, nanti kita bisa menuainya di 2015 dengan target kontribusi digital services 5%-7%," kata Yessie D. Yosetya, Senior General Manager m-Finance XL di Oakwood Mega Kuningan, Jakarta, Senin (4/2/2013).


Untuk layanan m-commerce dan m-finance, XL menggarapnya lewat layanan XL Tunai. Namun sayangnya sejak dihadirkan akhir 2011 lalu, penggunanya baru 250 ribu dengan transaksi paling banyak 100 per hari.


Nah, ini yang tengah coba digenjot XL. Diharapkan dengan terus memperkuat fitur layanan ini, seperti pengiriman uang dari luar negeri (remittance), penggunanya bisa tumbuh menjadi 2 juta di akhir 2013.


"Sekarang pangsa pasarnya melebar, yang punya keluarga di luar negeri pun akan menggunakan XL Tunai juga," papar Yessie D Yosetya, Senior General Manager m-Finance XL.


Dari jumlah transaksi, start pertumbuhan XL Tunai diakui masih lambat. Saat awal digelar, cuma ada 10 transaksi per hari. Tapi perlahan tumbuh jadi 100 transaksi per hari pada Desember 2012 lalu.


"Angkanya tidak setinggi yang di domestik, dan kebanyakan transaksi pengiriman dari luar negeri karena didorong oleh permintaan keluarga dari Indonesia saja," kata Yessie.


Namun peluang untuk mendapatkan cuan dari transaksi lewat XL Tunai terbuka lebar setelah XL berhasil menggaet Western Digital dan Celcom Malaysia untuk kerja sama pengiriman uang dari 110 negara lebih di luar negeri.


Dari setiap transaksi pengiriman, XL akan mendapat Rp 5 ribu untuk uang yang ditransfer di bawah Rp 200 ribu. Sementara Rp 200 ribu ke atas hingga Rp 5 juta, XL akan mengenakan biaya transaksi Rp 10 ribu.


"Peluangnya masih besar karena banyak masyarakat di Indonesia yang tidak punya rekening bank. Ada 40% populasi yang masih unbankable dan belum terjamah layanan finansial. Ini bisa digarap melalui XL Tunai," kata Yessie.


XL sendiri menilai layanan ini juga baru bisa dinikmati hasilnya pada 2015 mendatang meski dari sisi pengeluaran untuk membangun ekosistem ini biayanya lebih besar.


"Prospek bisnis digital service ke depan 20%-25% di 2015 akan datang dari mobile financial," ujarnya.


Hal itu juga diakui Turina Farouk, Vice President Corporate Communication XL. Dari sisi belanja modal tahun ini, alokasi biaya yang dianggarkan XL tidak kecil. XL menargetkan capital expenditure (capex) untuk 2013 ini sekitar Rp 8 triliun-Rp 9 triliun.


"Dari sisi pendapatan kami saat ini, data menyumbang 20%, SMS 28%, voice 50%, dan VAS 2%. Total ARPU atau pendapatan per pelanggan kami Rp 31 ribu. Dari sisi pendapatan data 2012 jumlahnya Rp 3,718 triliun, naik 32% dari 2011. Kontribusinya ke total pendapatan XL sekitar 20% dengan jumlah pengguna data 56% atau sekitar 25,6 juta," paparnya.


XL pun terus menambah infrastruktur jaringan pita lebarnya untuk memperkuat layanan data. Tujuannya tak lain untuk menjadi tulang punggung jaringan di ekosistem digital services yang tengah digarapnya.


"Mayoritas capex tahun ini untuk support data services. 60% untuk bangun BTS baru 10 ribu unit. Sekarang kami sudah punya 39.452 BTS dan yang sudah 3G ada 13.142 unit," pungkas Turina.


( rou / ash )


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!