Cara Asyik Bermain Siluet




(Car Free Day di Jl Thamrin, Jakarta/dok.Ari Saputra)


Jakarta - Bosan dengan gambar itu-itu saja saat jalan-jalan? Cobalah sedikit variasi siluet untuk memecah kebosanan. Caranya sederhana yakni dengan memanfaatkan cahaya yang terik dengan subjek membelakangi sumber cahaya. Si juru kamera cukup memotret dengan arah menantang cahaya.

Biasanya para traveler memanfaatkan matahari tenggelam (sunset) untuk mendapatkan foto siluet yang ciamik. Sebab, langit merona merah membuat gambar makin atraktif dan provokatif. Tidak heran, foto-foto siluet dengan latar sunset dapat dikatakan menjadi frame paling populer diantara sekian foto siluet.


Untuk menghasilkan foto siluet yang menarik dan bercerita, ada semacam 'pakem' yang biasa dipakai. Pakem ini tentu bisa dilanggar, karena hanya kebiasaan umum saja, bukan masalah benar atau salah.


Pertama, pastikan kondisi cahaya mendukung untuk membuat siluet dan yang akan disiluetkan. Paling nyaman adalah matahari berada dibawah garis horizon 45 derajat.



(Suasana sore hari di Xiamen, China/dok. Ari Saputra)


Pada saat itu, matahari tidak terlalu tinggi hingga manusia maupun benda lebih mudah disiluetkan. Posisi ini kira-kira sebelum pukul 9 pagi dan sesudah 3 sore, pada negeri 2 musim. Sementara untuk di negeri-negeri 4 musim, kondisinya tentu berbeda lagi.


Kedua, usahakan daerah terang lebih banyak dari daerah yang gelap (siluet). Kebiasaan ini untuk tetap menjaga foto tetap dinamis dan tidak monoton.



(Siluet sekelompok perempuan yang sengaja dijadikan latar depan atau foreground di Istana Deoksugung, Korea/dok.Ari Saputra)


Ketiga, sebisa mungkin bayangan gelap (siluet) yang dihasilkan mempunyai pola yang unik dan tidak hitam total. Siluet akan semakin menawan bila ditengahnya juga ada cahaya yang masuk dan membuat cerita sendiri.

Gambaran paling mudah soal ini yakni siluet wayang kulit saat dipentaskan. Banyak fotografer menyatakan, siluet terbaik adalah siluet wayang kulit karena karakternya sangat kuat dan bercerita.


Keempat, siluet bisa berdiri sendiri atau untuk memperkuat cerita sebagai foreground. Biasanya foreground dengan siluet untuk memecah kebekuan atau foto yang itu-itu saja. Sehingga, dengan menambah foreground dengan siluet, foto lebih mempunyai cita rasa dan sedikit berbeda.


Kelima, untuk seting kamera diusahakan senyaman mungkin, tidak harus di fungsi Manual. ISO biasanya di angka kecil dari ISO 100 hingga 400, tergantung pada tingkat cahaya yg ada.



(Siluet sebuah tebing di Kuta Lombok/dok. Ari Saputra)


Sementara diafragma pada lensa tidak terlampau lebar, biasanya pada level 8, 9, atau kalo perlu mencapai diafragma 13. Pada kasus tertentu, light meter perlu diturunkan 1 hingga 2 stop bila cahaya masih terang dan tidak menghasilkan siluet yang maksimal.



(Pantai Nusa Dua Bali di pagi hari/dok. Ari Saputra)


( Ari / ash )


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!