Agar M2M Sukses, Begini Cara Telkomsel

Jakarta - Dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar, siapapun akan tergiur untuk berbisnis di Indonesia. Termasuk solusi Machine to Machine (M2M) yang lambat laun kian popular di kalangan korporat.

Dengan infrastruktur yang sudah terjamin dan pangsa pasar yang besar, namun bukan berarti solusi M2M akan mulus-mulus saja saat hadir di Indonesia. Karena tentu saja ada tantangan besar yang musti dihadapi oleh penyedia solusi ini.


"Solusi M2M ini memang tergolong baru. Dan bagaimana kita mengedukasi pasar bahwa ini adalah solusi yang baik untuk membantu mereka untuk mengefisiensikan perusahaan," tutur Derrick Heng, Vice President Postpaid Marketing Telkomsel, di Wisma Mulia, Jakarta, Rabu (22/1/2014).


Menurut survei Machina, di Indonesia, perangkat yang terkoneksi M2M sudah mencapai 4,2 juta unit. Dan jumlah ini diproyeksi akan terus meningkat hingga mencapai 20,9 juta unit di tahun 2020.


Soal perputaran duit di bisnis ini pun cukup menggiurkan. Di seluruh dunia, solusi M2M di industi otomotif saja jumlahnya mencapai USD 600 miliar dan clinical remote mencapai USD 350 miliar.


Sementara di Telkomsel, pendapatan dari solusi M2M sejauh ini sudah memberikan sumbangsih 3% dari total pendapatan operator yang identik dengan warna merah tersebut.


"Kami mendorong agar solusi M2M ini terus mendapatkan tempat. Kami akan terus melakukan edukasi seperti seminar dan lain sebagainya hingga ke pelosok kota," tandas Heng.


(tyo/rou)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!