Smartfren Bela CDMA Sampai Titik Darah Terakhir

Jakarta - Teknologi CDMA memang tidak sepopuler GSM. Namun bukan berarti, teknologi jaringan telekomunikasi ini serta-merta ditinggalkan begitu saja. Setidaknya demikian menurut Smartfren Telecom yang sesumbar akan terus membelanya sampai mati.

Jika dilihat dari komposisi pasarnya saja, antara CDMA dan GSM jelas sangat timpang. Pengguna CDMA tak sampai 20% saat ini, sementara GSM merajalela dengan pangsa pasar 80% lebih. Selain itu, teknologi lanjutan dari CDMA terkesan mandek dengan banyaknya operator global pengusung CDMA yang beralih ke LTE untuk jaringan 4G.


Dari situ pula, banyak pihak yang menyangsikan CDMA mampu bertahan lama. Imbasnya, Smartfren yang masih setia dengan CDMA juga turut dipertanyakan oleh para pelanggannya di Indonesia — terlebih melihat operator lain yang juga pakai CDMA seperti Telkom Flexi, Indosat StarOne, dan Bakrie Telecom Esia, kembang-kempis nafasnya diterjang operator GSM seperti Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Hutchison 3 Indonesia, dan Axis Telekomunikasi Indonesia.


Menanggapi masalah itu, Direktur Smartfren Merza Fachys angkat bicara. Menurutnya, pertanyaan tentang nasib CDMA yang diusung Smartfren juga banyak dikhawatirkan oleh penggunanya di jejaring sosial media.


“Kami ingin menunjukkan bahwa Smartfren masih tetap kembangkan CDMA. Kami masih terus investasi. Jadi tidak mungkin kami tinggalkan atau matikan segera begitu saja. Buktinya, kami masih terus investasi jaringan dan masih mengembangkan ekosistem melalui bundling produk Andromax,” ujarnya di Kembang Goela, Jakarta, Kamis (23/1/2014).


Untuk investasi jaringan, Smartfern berencana menambah infrastruktur base station di 2.000 titik dengan alokasi anggaran pembangunan hampir USD 100 juta. Penambahan kapasitas ini juga diperkuat dengan transmisi kabel optik untuk koneksi bandwidth internasional.


Sementara untuk ekosistem CDMA, pihaknya terus menggandeng para vendor ponsel seperti Hisense, Innos, ZTE, Huawei, HTC, dan Lenovo agar mau terus memproduksi ponsel berbasis CDMA —a tau setidaknya dual SIM GSM-CDMA.


Untuk mengantisipasi agar layanan CDMA miliknya tetap laku, dalam bundling ponsel dual SIM tersebut, Smartfren sengaja untuk mengebiri teknologi GSM sehingga maksimal hanya bisa 2G EDGE. Kebijakan itu dibuat agar pengguna bundling Andromax menghabiskan pulsanya lebih banyak untuk Smartfren saja.


“Ini memang kebijakan kami. GSM sengaja tidak bisa full 3G karena murni keputusan bisnis. Sebab, harga yang kami jual juga sudah murah dan kita juga kasih services lebih. Jadi mohon maaf, pakai jaringan Smartfren saja. Lagipula, EDGE juga sudah cukup karena masih bisa untuk chatting,” pungkas Merza.


(rou/ash)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!