Layanan 4G LTE baru saja hadir secara komersial di Indonesia. Bukan oleh operator seluler besar seperti Telkomsel, Indosat, maupun XL Axiata, melainkan oleh Internux, pemilik lisensi Broadband Wireless Access (BWA) di spektrum 2,3 GHz.
Dalam ekspansinya, Internux memang membangun sendiri jaringan intinya. Namun untuk urusan infrastruktur menara, diakui oleh perusahaan ini pihaknya masih mengandalkan menara milik perusahaan lain.
"Untuk menara terpaksa kami outsource karena biayanya terlalu besar kalau kami bangun sendiri. Jadi kami percayakan kepada sejumlah penyedia menara yang ada," ungkap Chief Technology Officer Internux, Devid Gubiani saat berbincang dengan detikINET di sela peluncuran Bolt 4G LTE, di Jakarta.
Diungkapkan olehnya, dari 1.500 base station TDD LTE yang digelar Internux, semuanya dipasang di menara sewaan milik Mitratel, Iforte, Protelindo, Solusi Tunas Pratama, dan Tower Bersama Group. Sayangnya Devid tidak merinci lebih lanjut komposisi menara dari masing-masing perusahaan yang berkontribusi.
"Saya lupa komposisinya berapa-berapa. Yang pasti, kami mengalokasikan dana belanja modal USD 550 juta untuk ekspansi jaringan tahun ini dan sebagian untuk 2014 mendatang. Hingga 2015 nanti, kami akan bangun lagi jadi 3.500 base station," paparnya.
Untuk saat ini, komersialisasi LTE memang baru tahap awal. Seperti dikatakan oleh Menkominfo Tifatul Sembiring sebelumnya, pemilik lisensi BWA di 2,3 GHz akan lebih dulu jalan untuk LTE ketimbang pemilik lisensi seluler existing seperti Telkomsel dan sejumlah operator lainnya.Next
(rou/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!