Saingi BlackBerry, Samsung Agresif Dekati AS

Jakarta - Samsung mengambil langkah agresif menyaingi dominasi BlackBerry di sektor pemerintahan Amerika Serikat (AS). Perusahaan asal Korea Selatan ini berupaya mendapatkan kepercayaan negara adidaya tersebut untuk mengandalkan produknya.

Seorang sumber yang enggan disebut identitasnya menyebutkan, Samsung baru-baru ini memenangkan order 7.000 smartphone dari badan pertahanan AS. Proses pemesanan kabarnya sudah rampung dengan pengadaan handset bagi para tentara negeri Paman Sam tersebut.


Samsung sebelumnya memang sudah dikontrak dengan Pentagon untuk program Nett Warrior bagi para tentara AS. Namun order kali ini memperbanyak jumlah unit Samsung yang dipakai untuk program tersebut.


Juru bicara pertahanan AS yang dimintai keterangan menolak memberikan komentar. Sementara juru bicara Samsung, hanya berbicara secara umum, tidak secara spesifik mengonfirmasikan laporan soal order handset Samsung untuk angkatan bersenjata AS.


"Kami bekerja sangat dekat dengan banyak konsumen dan kami juga melihat adanya progres yang hebat dalam adopsi dan solusi yang kami tawarkan," ujar juru bicara Samsung seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Sabtu (15/2/2014).


Hal ini tentunya bisa mengancam posisi BlackBerry. Seperti diketahui, pembesut handset yang identik dengan qwerty keyboard ini dulu dikenal nomor satu soal keamanan sehingga menjadi kepercayaan badan pemerintahan AS.


Chief Executive BlackBerry John Chen pun harus bertindak cepat, jika tak mau momen ini mencederai usahanya. Seperti diketahui, setelah terpilih memimpin BlackBerry November silam, Chen mengatakan akan fokus memenangkan kembali hati para konsumen di kalangan enterprise, termasuk badan pemerintahan.


Januari silam, kabar mengenai rencana Pentagon memasok 80.000 handset BlackBerry untuk personel militer AS sempat melejitkan saham perusahaan asal Kanada ini hingga 9%.


Satu hari berselang, sahamnya langsung kembali jatuh 3%. Pentagon memberikan klarifikasi bahwa pemesanan ponsel pintar baru untuk tentara AS tetap dilakukan, hanya saja BlackBerry tidak termasuk.


Pentagon mengklarifikasi, 80.000 handset yang tercantum di siaran pers itu bukanlah ponsel baru, melainkan yang sudah dibeli sejak lama hanya saja belum dibagikan kepada tentara AS. (rns/rns)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!