Secara umum, 'perkawinan' XL-Axis disambut baik Telkomsel. Dari sisi kepentingan industri secara umum, konsolidasi semacam ini bisa berdampak bagus.
Namun di sisi lain, harus diakui juga jika bergabungnya dua operator ini bisa memunculkan lawan kuat bagi Telkomsel. Terlebih dengan diberikannya slot frekuensi di rentang 1.800 MHz bekas Axis kepada XL. Dengan demikian, amunisi anak usaha Axiata Malaysia itu bertambah di medan persaingan. Tanggapan Telkomsel?
"Kita biasa saja. Menyambut baik karena biar operator itu gak terlalu banyak. Biar gak ada yang price war, terus mengorbankan layanan," kata Mas'ud Khamid Direktur of Sales Telkomsel usai acara pembukaan GraPARI Telkomsel di Pontianak, Kalimantan Barat.
Dikatakannya, Telkomsel berharap di industri telekomunikasi, semua operator bisa ikut membangun. Dia bahkan menantang operator lain untuk 'perang service', bukan 'perang harga'.
"Kita berharap operator itu seluruh lokasi ada. Karena kalau ada apa-apa dengan operator itu masyarakat masih bisa pakai. Kalau operator cuma ada satu, kalau ada apa-apa sama operator itu kan komunikasi mati," ia melanjutkan.
Terkait kebijakan yang diambil Kementerian Kominfo sebagai regulator yang mengatur urusan konsolidasi ini, Telkomsel pada intinya mendukung.
"Kita senang-senang saja semua dijalankan proper dalam koridor yang rasional," tutup Mas'ud.
(rns/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!