Operator Curhat Soal Hambatan e-Money

Jakarta - Ada banyak alasan kenapa adopsi e-money di Indonesia tak secepat di negara lain. Penyebab utamanya ialah, industri telekomunikasi dan perbankan seperti jalan sendiri-sendiri. Padahal, kalau dua kekuatan industri ini disatukan, hasilnya akan lebih baik.

“Ada dua isu besar saat ini, financial inclusion dan less cash society. Harus ada collaborative approach antara industri telekomunikasi dan perbankan. Maju bersama dengan win-win solution," kata Alex Janangkih Sinaga, Direktur Utama Telkomsel dalam diskusi IndoTelko Forum: Collaborative & Incentives: a New Breakthrough for e-Money di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (11/6/2014).


Alex yang juga Ketua Dewan Penasehat IndoTelko Forum menegaskan, adopsi uang elektronik di Indonesia jika ingin berkembang pesat tak boleh melupakan begitu saja pemain dari industri telekomunikasi (telco).


"Kalau ekosistem less cash society dan financial inclusion ingin berkembang, jangan lupakan pemain telko. Soalnya, telko itu punya kekuatan me-leverage teknologi di financial service. Sekarang kekuatan untuk leverage itu belum dimaksimalkan," sesalnya.


Diungkapkannya, para pemain telko selama ini terus berevolusi dari memberikan layanan komunikasi, computing, entertainment, hingga financial services.


"Di financial services ini belum dioptimalkan. Padahal telko ada kekuatan yakni bisa melayani semua segmen dan tetap menjaga net margin-nya. Sudah terbukti telko bisa melayani dari Sabang hingga Merauke. Bayangkan kalau potensi ini diberikan ruang di financial services, masalah less cash society dan financial inclusion itu terjawab sudah," katanya.


Disarankannya, untuk memaksimalkan peran dari pemain Telko meniru yang terjadi di Filipina yakni kolaborasi antara operator dan perbankan membuat anak usaha.Next


(rou/ash)