Hal ini pula yang pastinya bakal jadi salah satu tantangan Xiaomi untuk menaklukkan pasar ponsel Indonesia.
Ya, Xiaomi memang vendor asal Negeri Tiongkok. Namun dikatakan Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing & Communication Erajaya -- calon partner distributor Xiaomi di Indonesia -- ponsel Xiaomi memiliki kualitas tak kalah dengan produk global.
"Meski masih terbilang sebagai pemain baru, tetapi Xiaomi sudah memiliki portofolio strategis bagus di luar sana. Image produk mereka sangat luar biasa," puji Koko -- sapaany akrabnya kepada detikINET.
Terlepas dari penjajakan bisnis yang telah dilakukan Erajaya dan Xiaomi, Koko menegaskan bahwa Xiaomi terbilang berhasil dalam mengisi segmen produk berkualitas berharga miring.
Dimana hal ini dianggap bakal cocok saat dibawa ke pasar ponsel Indonesia, karena harga masih jadi salah satu faktor penting sebelum konsumen membeli barang.
"Jadi soal ponsel China murahan? Ini yang kadang kita salah persepsi. Itu kan (vendor-red.) brand lokal dibikinnya di sana (China-red.), di sana gak perlu bikin OS sendiri, semuanya ada karena industrinya sudah jadi," kata Koko.
"Kalau Xiaomi tak seperti itu. Artinya, dia (Xiaomi-red.) sebuah brand yang mengeluarkan investasi terhadap R&D, mereka mengembangkan OS dan hardware. Jadi mereka (Xiaomi-red.) bukan brand lokal yang bikin di China, tapi mereka brand global dan punya basis di China," jelasnya.
Xiaomi sendiri hanya dalam kurun waktu dua tahun bisa mencapai revenue sampai USD 1 miliar. Dan pada bulan juli 2013, valuasi Xiaomi sudah mencapai USD 10 miliar. "Artinya ini memang sebuah fenomena," pungkas Koko.
(ash/fyk)