Pakai Frekuensi Flexi, Telkomsel Menanti Restu BRTI

http://us.images.detik.com/content/2013/08/16/328/alexsinagatelsel460.jpgDirut Telkomsel Alex J. Sinaga (ash/detikINET)


Jakarta - Telkomsel masih berharap restu Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk bisa mengoptimalkan frekuensi Telkom Flexi, sebagai upaya memperkuat akses 3G di Indonesia bagian timur.

Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga menyatakan, dipilihnya frekuensi 850 MHz milik Flexi tentu bukan tanpa alasan. Ekspansi operator CDMA itu dianggap sudah tak lagi maksimal, sehingga banyak frekuensi dengan status idle.


"Kita sudah sama-sama tahu, CDMA itu sudah tidak lagi ada ekspansi, jadi di (Indonesia) timur frekuensi itu idle. Jadi Telkomsel minta izin untuk memakai frekuensi tersebut," jelas Alex, saat ditemui di peluncuran Mobile GraPARI di Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2013).


Frekuensi 850 MHz milik Flexi juga dianggap memiliki kelebihan jika dioptimalkan untuk layanan 3G di Indonesia bagian timur. Dimana jangkauannya lebih luas sehingga lebih efektif dengan melihat tingkat kepadatan penduduk yang masih renggang dibandingkan kota-kota besar di Pulau Jawa.


"Kita juga tidak minta gratisan, kita siap membayar BHP (Biaya Hak Penggunaan) Frekuensi. Termasuk jika kata pemerintah kita harus bayar up front fee, kita siap bayar," tegasnya.


Hanya saja, regulator saat ini masih belum ketok palu soal keputusan penggunaan frekuensi ini. Pun demikian, Alex melihat, adanya spirit yang sama dengan pemerintah, yakni untuk mengoptimalkan frekuensi dan memperluas jangkauan ketersediaan layanan telekomunikasi 3G.


"Spiritnya mereka (pemerintah-red.) sepertinya setuju, tetapi mungkin butuh proses internal saja. Saya rasa cukup bagi kita (Telkomsel-red.) untuk mendapatkan 10 MHz," lanjut Alex.


Telkomsel sendiri lebih memilih untuk memperkuat 3G dengan komposisi yang jauh lebih besar dibanding 2G. Mulai tahun ini hingga 2016, komposisi pembangunan 3G akan terus bertambah tiap tahun dari 80%, 90%, dan 100%.


Tahun 2013, Telkomsel menargetkan dapat membangun 15.000 base transceiver station (BTS) yang berasal dari 80% alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) 2013 yang mencapai Rp 10 triliun.


"Sekarang kita sudah punya 68.000 BTS yang on air. Dan di akhir tahun berharap bisa punya sekitar 70.000 BTS. Dimana tahun 2016 kita sudah tidak menambah BTS 2G, semua 3G. Dan pada saat itu harapannya kita sudah mengimplementasikan LTE," Alex menandaskan.


(ash/tyo)