Menurut Bernard Saisse, Direktur Marketing dan Operasional Microsoft Indonesia, nama Nokia tentu saja masih berkibar. Mereka dianggap sebagai salah satu pemain kuat di bisnis perangkat genggam.
Apalagi di Indonesia, status sebagai 'ponsel sejuta umat' tak bisa dilepaskan begitu saja. Meskipun saat ini, kondisinya tak lagi mudah bagi Nokia lantaran semakin mendapat saingan kuat dari berbagai vendor.
"Kami selama ini punya kerjasama yang luar biasa dengan mereka (Nokia-red.). Dan hubungan ini tentunya akan semakin erat di masa depan dengan pilihan berbagai perangkat yang lebih bervariasi," kata Bernard, dalam acara bincang-bincang santai dengan beberapa media di Pasific Place, Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Nah, terkait merapatnya Nokia ke dalam pelukan Microsoft, Bernard pun menyambut baik aksi korporasi tersebut. Strategi ini pastinya akan semakin membuka peluang dalam memasarkan handset Windows 8 di Indonesia.
"Kami ingin memberikan pilihan perangkat di berbagai segmen. Mulai dari kelas atas, terjangkau, untuk layanan GSM hingga CDMA," lanjutnya.
Adapun bakal seperti apa strategi lebih detil Microsoft di pasar ponsel Indonesia, Bernard masih bermisteri. Pria asal Prancis ini menegaskan, masih menunggu rampungnya proses akuisisi senilai USD 7,2 miliar atau setara Rp 79,2 triliun (USD 1 = Rp 11.000) tersebut.
"Saat ini proses akuisisi tersebut masih ditelaah dari sisi regulasi. Kemungkinan baru akan selesai pada kuartal pertam tahun 2014 mendatang," tandas Bernard.
Sebelumnya, Microsoft meyakini bahwa akuisisi Nokia bakal memungkinkan produk dan layanannya lebih kuat bersaing dengan pesaing lain di ranah smartphone, seperti iPhone dan perangkat Android.
Raksasa teknologi ini memerlukan pengalaman smartphone 'kelas satu' untuk bersaing. Microsoft mengakui, portfolionya untuk handset belum sampai di sana. Dalam presentasi sepanjang 30 slide halaman, CEO Microsoft yang segera pensiun Steve Ballmer juga menguraikan pembelian paten Nokia.
Paten, diyakini Ballmer adalah salah satu hal paling berharga di sektor teknologi. Karenanya, akuisisi ini akan mempercepat inovasi Windows Phone dan melindunginya di masa yang akan datang.
"Perangkat membantu layanan dan layanan membantu perangkat. Kami yakin bahwa integrasi yang lebih dekat di antara Nokia dan Microsoft akan meningkatkan pengalaman pengguna dan membantu membangun user base yang besar," demikian penjelasan salah satu slide presentasi tersebut.
Seperti diketahui, integrasi vertikal semacam ini jadi formula andalan model bisnis Apple menjual iPhone-nya. Microsoft, tampaknya kini mengadopsi strategi yang sama untuk lini bisnis perangkatnya.
Microsoft seperti dilansir Washington Post, yakin bahwa integrasi vertikal akan memudahkannya untuk membiayai pengembangan platform Windows Phone.
Saat ini, ketika Nokia menjual Windows Phone, Microsoft mendapatkan 'marjin kotor' sekitar USD 10 dari kesepakatan kerjasama mereka. Sementara keuntungan dari penjualan lebih banyak mengalir ke Nokia. Hal ini membatasi insentif Microsoft untuk berinvestasi di platform Windows Phone.
(ash/fyk)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!