'Menyulap' Big Data Jadi Berharga

Jakarta - Lima tahun yang lalu, mungkin tidak banyak orang yang tahu dengan kata 'big data'. Namun saat ini, fenomena big data bak sudah menjadi menu wajib bagi penggiat TI untuk diperbincangkan.

Menurut Rick Theiler, Vice President CommVault Systems APAC, jika dikelola dengan baik, big data dapat memberikan organisasi kecerdasan untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih efektif.


Termasuk memobilisasi tenaga kerja mereka melalui akses remote yang aman, dan mendapatkan informasi yang sangat berguna untuk mendapatkan pelanggan yang berpotensi menguntungkan untuk bisnis melalui analisis data.


"Dalam kaitannya dengan big data dan analitik kebanyakan dari organisasi tidak menggunakan kelebihan intelektual yang ada di data yang tidak terstruktur (hingga 70% data tidak terstruktur dan berada di luar database atau datacenter – di laptop, tablet dan lainnya),” kata Rick, dalam keterangannya, Sabtu (21/9/2013).


Seringkali, lanjutnya, data yang tidak ada hubungannya dengan bisnis terduplikasi dan memenuhi aset penyimpanan yang sarat sumber daya dan mahal di satu lingkungan bisnis.


Kemampuan untuk ‘menginterogasi’, menganalisa dan kemudian mengekstrak informasi secara efektif dari data bisa memberikan keuntungan bisnis sehingga rangkaian Big Data benar-benar menjadi berharga.


“Ini bukan hanya tentang mengelola big data secara efektif -- ini tentang mengubahnya menjadi ‘smart’ Data. CommVault membantu memungkinkan organisasi/perusahaan untuk mengubah data menjadi smart data,” Rick menambahkan.


CommVault sendiri percaya bahwa big data memiliki potensi untuk mengubah segalanya. Berkaitan dengan big data saat ini, mereka telah melihat pergeseran definitif dalam industri, yang tidak lagi sekadar penyimpanan data dalam volume besar tapi lebih menuju pembentukan infrastruktur yang mampu mempraktikkan smart data yang efisien, serta meminimalkan risiko bisnis dan masalah compliance.


Ledakan data dan informasi telah dipandang sebagai masalah besar dan terus berkembang di dunia enterprise.


Peningkatan volume data diikuti dengan persyaratan peraturan yang lebih ketat dan kebutuhan bisnis yang meningkat, dan ada banyak CIO yang merasa ‘terancam’ oleh tantangan-tantangan yang direpresentasikan oleh big data saat mereka berjuang dengan infrastruktur manajemen data yang semakin meningkat, dalam hal kompleksitas dan biaya.


Namun dalam kenyataannya tidak ada satu pun dari hal tersebut yang benar-benar menjadi ancaman -- melainkan merupakan peluang. Yang penting adalah memahami data dan menangkap metadata yang berkaitan dengan semua itu.


Hal pertama yang harus dilakukan organisasi/perusahaan adalah mencari tahu dimana data mereka, bagaimana menggunakannya dan siapa yang menggunakannya.


Ketika hal ini sudah dimengerti, keputusan dapat dibuat mengenai dimana data harus disimpan dan digunakan, dan bagaimana data akan dibagi ke mereka yang memiliki kewenangan untuk melihatnya.


“Kita telah melihat hal ini saat bekerjasama dengan para pelanggan kami, termasuk di Indonesia, bila manajemen data diimplementasikan dengan tepat , proses-proses seperti ini bisa meningkatkan produktivitas hingga 50%, dan pada saat yang sama mengurangi waktu manajemen operasional dan biaya hingga 50%,” lanjut Rick.


Komponen terakhir yang dimungkinkan dengan memahami dimana data Anda berada adalah pemahaman yang sesungguhnya mengenai data yang dapat dan harus dihapus.


Elemen ini terlalu sering diabaikan, tapi kemampuan untuk menghilangkan data yang benar-benar tidak berguna bagi organisasi juga memberikan penghematan biaya yang cukup besar.


“Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan saat proses manajemen data yang ditandai sudah teruji, disetujui dan akurat 100% untuk mendukung hal tersebut sudah terpasang,” Rick menandaskan.


(ash/yud)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!