Setelah bertahun-tahun diam, bahkan sampai akhirnya Steve Jobs wafat, akhirnya Jhon Sculley mencurahkan isi hatinya mengenai apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Jobs.
"Saya dipekerjakan (menjadi CEO Apple-red.) untuk menjadi mitra Steve. Saya tidak tertarik mengambil alih perusahaanya," ujarnya di sela-sela Forbes Global Conference, di Bali, seperti dikutip detikINET dari Bussines Insider, Selasa (19/9/2013).
Sculley memimpin Apple selama 10 tahun, kemudi di tangannya justru membuat Apple kekurangan pemasukan dan tentu saja ia dikenal sebagai tokoh antagonis karena menendang Steve Jobs.
"Apple berada di persimpangan jalan saat itu. Kami telah gagal dengan Lisa dan Apple 3. Namun, kami juga membutuhkan uang tunai untuk mengembangkan Mac, yang belum menghasilkan keuntungan selama bertahun-tahun," ujarnya.
Dalam buku biografinya, memang disebutkan bahwa Jobs mempunyai perhatian khusus terhadap lini Mac. Apalagi cikal bakal Apple juga tak lepas dari komputer tersebut.
Sculley melanjutkan, bahwa antara dirinya dan Jobs menjadi mitra yang besar, sampai Apple memperkenalkan Macintosh Office untuk melawan IBM pada tahun 1985, namun pada akhirnya gagal total di pasaran.
"Steve mengalami depresi yang mendalam atas hal itu. Dan itu bukan salahnya. Itu semua tentang Hukum Moore (teori yang dikembangkan dalam membuat prosesor-red.). Kenyataannya Macintosh Office memang tak cukup kuat dan tak bisa berbuat banyak. Itu kenapa produk ini diejek di pasaran," kata Sculley.
Jobs panik dengan membuat keputusan untuk membanting harga Macintosh dan mengeluarkan banyak dana untuk iklan yang lebih besar. Tapi, Sculley tidak sependapat karena tetap akan membuat perusahaan kehilangan banyak uang.
Melihat Steve Jobs yang keras kepala, Sculley terpaksa harus berbicara dengan Dewan Direksi Apple untuk memutuskan sesuatu yang baik. Melalui Mike Markkula diputuskanlah bahwa Steve Jobs harus berhenti mencampuri urusan di divisi Macintosh.
"Mereka (Dewan Direksi-red.) tidak memecatnya. Dia masih menjadi dewan direksi Apple dan masih salah satu pemegang saham terbesar," imbuhnya.
Tetapi apa yang diputuskan oleh Dewan Direksi Apple tak sepenuhnya membuat Steve Jobs senang. Walaupun Sculley tak mengatakannya pada wawancara itu, Jobs akhirnya pergi meninggalkan perusahaan yang telah dibangunnya.
"Saya benar-benar menyalahkan dewan," kata Sculley.
"Saya pikir dewan mengerti Apple pada saat itu dan dipahami Steve. Saya pikir mungkin sudah ada solusi untuk menjaga saya dan Steve bekerja sama. Nyatanya tidak," keluhnya.
Pada akhirnya, Steve Jobs kembali lagi ke Apple setelah sebelumnya sukses membangun perusahaan NeXT. Tak hanya kembali ke Infinti Loop 1, Jobs juga menjadi CEO sampai mengundurkan diri tak lama sebelum ajal menjemputnya.
Artikel Terkait:
-. Apa Rahasia Sukses Bill Gates, Steve Jobs, & Zuckerberg cs?
-. 'Karya Seni' Prototype Gadget Lawas Apple
-. Kisah Seputar Bos Apple: Isu Gay Sampai CEO Termahal
(tyo/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!