Namun kadang yang menjadi masalah adalah bila pada resolusi terendah saja video yang ditonton tetap putus-putus. Untuk menghindari prasangka buruk itu, Google kini dilengkapi notifikasi pop-up bertuliskan 'experiencing interruptions'.
Bila notifikasi tersebut diklik maka pengguna akan diajak ke sebuah halaman bertajuk Video Quality Report. Di dalamnya pengguna bakal disodorkan informasi seperti ISP yang digunakan, termasuk detail kecepatan yang dimiliki.
Selanjutnya kecepatan internet pengguna akan dibandingkan dengan standar kecepatan yang dibutuhkan untuk memutar video di Youtube. Standar kecepatan itu mewakili kualitas video yang dapat dirasakan mulai dari HD verified, Standar Definition, dan Lower Definition.
Dengan perbandingan tersebut, pengguna akan mengetahui dimana posisi kecepatan internet yang digunakannya, sehingga dapat menentukan resolusi video yang tepat saat memutar video. Atau lebih buruknya, tak disarankan menjalankan video karena dinilai terlalu lambat atau tak stabil.
Seperti dilansir The Verge, Senin (7/72014), fitur ini pun disebut-sebut sebagai upaya Google yang tak ingin disalahkan atas kasus video putus-putus yang kerap dialami pengguna. Lewat fitur ini Google juga seakan melempar kesalahan ke pihak ISP yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kecepatan internet pengguna.
Hal tersebut justru berkebalikan dengan Netflix, dimana di negeri paman Sam layanan video berbayar ini bekerjasama dengan sejumlah ISP besar untuk memastikan pengguna dapat melakukan streaming video tanpa putus-putus.
Namun mengingat Youtube ditawarkan secara gratis, rasanya apa yang ditawarkan Netflix menag cukup sulit untuk diimplementasikan. Apalagi pengguna Youtube tak sebatas di satu wilayah saja seperti Amerika Serikat, tapi hampir seluruh dunia.
(yud/tyo)
