Drop Out Zuckerberg Jangan Ditiru Kecuali...

Jakarta - Mark Zuckerberg tidak terbantahkan adalah salah satu pemuda drop out paling sukses di dunia. Ya, lelaki usia 30 tahun ini tidak menamatkan kuliahnya di Harvard University dan memilih fokus mengembangkan Facebook.

Tapi perlu dicatat kalau aksi drop out yang dilakukan Zuckerberg tidak ngasal. Ia melakukannya dengan penuh perhitungan. Mungkin sama dengan kasus Bill Gates, di mana ia juga drop out dari Harvard untuk konsentrasi penuh mengurusi Microsoft.


Saat memutuskan drop out, Zuckerberg sudah melihat potensi besar Facebook. Dari yang mulanya jejaring sosial khusus mahasiswa Harvard kemudian diminati oleh mahasiswa di universitas yang lain. Tawaran investasi pun berdatangan. Malah ada juga tawaran akuisisi dari perusahaan yang lebih besar.


Jelas Zuckerberg sudah memperhitungkan segalanya sebelum memutuskan tidak menyelesaikan kuliahnya. Memang ada risiko besar, bagaimana jika proyek Facebook gagal? Tapi Zuck menekankan risiko memang harus ditempuh.


"Risiko terbesar adalah tidak mengambil risiko itu sendiri. Dalam dunia yang terus berubah begitu cepat, strategi satu-satunya yang menggaransi kegagalan adalah tidak mengambil risiko," kata Zuck suatu ketika.


Tahun 2004, Facebook menerima pendanaan besar pertamanya sebanyak USD 500 ribu dari pendiri PayPal, Peter Thiel. Kemudian dia menerima pendanaan USD 13 juta tahun berikutnya dari Aceel Partners.


Pertumbuhan Facebook pun tidak terbendung. Kini, jumlah pengguna aktifnya sudah tembus 1 miliar. Semua itu tentu berkat kerja keras Zuckerberg dan untungnya juga ia tidak tergoda menjual Facebook ke pihak lain pada masa awal berdirinya.


"Bagiku dan para kolega, hal paling penting adalah menciptakan informasi terbuka untuk orang banyak. Dimiliki oleh sebuah konglomerasi bukanlah hal yang atraktif bagiku," ucapnya suatu ketika.


Kini Facebook-lah yang malah menjadi konglomerasi besar. Mereka mencaplok beberapa perusahaan ternama, sebut saja Instagram, Oculus sampai WhatsApp. Kerja keras Zuck dan keberaniannya drop out pun terbayar lunas.


"Cerita sebenarnya tentang Facebook adalah kami bekerja begitu keras sampai sejauh ini. Maksudku, cerita yang sebenarnya mungkin terdengar membosankan bukan? Kami hanya duduk di depan komputer bertahun-tahun dan melakukan coding," tutur dia.

(fyk/ash)