Sukses Jualan Kopi Berkat 'Mata-mata Bisnis'

Jakarta - Kala Go Soe Loet memulai bisnis kopi Kapal Api pada tahun 1927, mungkin ia tak akan menyangka bahwa bisnisnya akan sebesar sekarang. Dahulu mereka hanya menjual kopi dalam bentuk kiloan, namun kini -- meski masih tetap menjual kopi -- tapi eskalasinya sudah meraksasa.

Bermacam jenis kemasan kopi itu selain bisa merengkuh lebih banyak konsumen, juga menimbulkan tantangan. Yaitu distribusi, karena penjualan produk kopi di satu daerah, tentu berbeda dengan daerah yang lain.


Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut? Awalnya, Kapal Api menggunakan tim Research and Development serta focus group discussion (FGD) untuk melakukan riset pasar. Namun cara tersebut dirasa tak ekonomis dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laporannya terlalu lama.


Di situlah muncul aplikasi Business Intelligence. Platform ini diklaim mampu mengubah data mentah jadi bermacam pengetahuan yang berguna bagi kebutuhan operasional bisnis.


Data mentah yang dimaksud adalah angka penjualan produk dari setiap daerah, yang dikumpulkan dan diolah untuk menjadi data yang bisa dijadikan acuan banyak hal. Kapal Api sendiri menggunakan platform Business Intelligence QlikView.


"Dengan QlikView, kami bisa mengetahui penurunan angka penjualan di daerah tertentu, yang bisa difokuskan hingga tingkat toko. Dengan begitu kami bisa memfokuskan anggaran untuk melakukan promosi di toko tersebut," ujar Magito Baetanto, ICT Coordinator PT Kapal Api.


Solusi 'mata-mata bisnis' ini menggunakan teknologi arsitektur In-Memory, yang artinya pengolahan data akan lebih cepat serta bisa melakukan analisis data secara real time. Namun teknologi itu juga membuatnya mempunyai kelemahan tersendiri, yaitu kebutuhan akan angka uptime 100%. Next


(asj/ash)