Bangun Kota Cyber, Indonesia Bisa Belajar dari Hong Kong

Jakarta - Rencana Indonesia untuk membangun kota cyber ternyata telah sampai ke telinga pemerintah Hong Kong. Bahkan, negara kecil yang jadi bagian dari Tiongkok ini malah menawarkan diri jika Indonesia mau belajar langsung dari kisah sukses mereka.

Tawaran untuk kerja sama antar pemerintah (government to government) ini disampaikan langsung oleh Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) saat menghadiri ajang APICTA 2014 yang baru saja berlangsung di Jakarta.


Menurut Dannie Chiu, HKTDC Regional Director of South East Asia and India, dan Stephen Lau, Vice President Hong Kong Computer Society Head, Indonesia bisa bekerja sama dengan negaranya dalam hal pengembangan sektor ICT, khususnya kota cyber.


"Hong Kong dapat membantu Indonesia khususnya dalam pembangunan kota-kota cyber. Dialog antar pemerintah dapat mempercepat usaha dalam membuat kota cyber. Menurut kami, ada tiga kota besar yang memiliki titik kuat, yakni Jakarta, Surabaya, dan Medan," kata Chiu kepada detikINET melalui surat elektronik, Senin (1/12/2014).


Di sektor ICT lainnya, HKTDC juga berharap bisa mewujudkan kerja sama saling menguntungkan untuk pengembangan antar negara. "Dan menurut saya, cyber cities adalah salah satu tantangan dan peluang yang bisa kita kerjakan bersama," papar Chiu lebih lanjut.


Dipaparkan olehnya, Hong Kong memiliki sembilan sambungan kabel optik bawah laut dan 17 kabel optik darat, serta delapan satelit untuk komunikasi eksternal. Rezim perizinan yang liberal di negara ini juga menjadikan Hong Kong sebagai salah satu internet hub dunia.


Jaringan broadband di negara itu telah melayani hampir seluruh bangunan tempat tinggal dengan penetrasi 83% hingga Juli 2014. Dengan penetrasi seluler 236,2%, pengguna data mobile broadband (2.5G/3G/4G) di Hong Kong telah mencapai 12,7 juta dengan akses 161 Mbps.


"Rata-rata kecepatan akses internet tertinggi kami itu di kisaran 73,9 Mbps, itu yang tercepat di dunia. Sementara saat koneksi mencapai rata-rata terendah 15,7 Mbps, kami pun masih tercepat kedua di dunia," masih kata Chiu.


HKTDC juga mencatat, ada 78.000 profesional ICT yang bekerja di hampir semua sektor bisnis di negaranya, dimana 37% di antaranya berkutat di bidang desain software dan pengembangannnya. "Delapan perguruan tinggi kami menghasilkan 2.200 lulusan ICT setiap tahunnya," ungkapnya.


Kepedulian Hong Kong terhadap ICT juga bisa dilihat dari tingginya pengeluaran belanja teknologi informasi (TI) negara itu. Kata Chiu, pengeluaran TI di 2012-13 sekitar USD 660 juta. Sementara untuk 2013-14, hampir mencapai USD 890 juta. Belanja besar ini digunakan untuk mendorong adopsi layanan cloud dan kebijakan alih daya TI. (rou/ash)