Dari penelitian Symantec, sedikitnya ada 14 juta aplikasi Android yang tersebar di 200 toko aplikasi. 900 ribu di antaranya berbahaya, dan 5 juta lainnya masih abu-abu alias greyware.
Nah, yang abu-abu ini mencurigakan, karena sifatnya terlalu agresif. Aplikasi ini bisa bikin boros baterai dan makan bandwidth terlalu besar. Bisa jadi juga, aplikasi ini memang sengaja didesain mirip dengan aplikasi pada umumnya namun untuk tujuan tertentu.
Menurut Michael Lin, Vice President Mobility Symantec, ada tiga jenis aplikasi semacam ini yang ternyata jadi-jadian. "Ada tiga aplikasi palsu di Android," katanya di Symantec Tower, Sydney, Australia.
"Pertama, mirip dengan yang biasa gratisan kita download, tapi tiba-tiba berbayar. Kedua, mencuri informasi penting dengan cara phising. Ketiga, aplikasi yang mungkin sudah disisipi malware ini untuk memasukkan malware yang lebih banyak lagi ke handset pengguna," paparnya lebih lanjut.
Aplikasi jadi-jadian ini, misalnya saja, aplikasi yang tiba-tiba hadir menyerupai aplikasi yang sudah lebih dulu hadir. Contohnya, kata Lin, aplikasi yang menyerupai permainan seperti Candy Crush maupun Angry Birds, serta aplikasi lainnya yang bersifat finansial.
"Logikanya, yang semacam ini mereka akan mengikuti ke mana pun di tempat yang ada duitnya. Nah, aplikasi banking dan gaming, dua ini yang paling populer," pungkasnya.
Android sejauh ini lebih dipilih oleh banyak pengguna smartphone salah satunya karena banyaknya aplikasi yang mendukung sistem operasi tersebut. Namun sayangnya, mirip seperti era desktop dengan Microsoft Windows, Android pun demikian di ranah mobile. OS sejuta umat ini semakin jadi sasaran tembak malware.
(rou/tyo)