Dari data yang terekam oleh Symantec, salah satu perusahaan keamanan internet ternama yang memproduksi antivirus Norton, jumlah serangan dan ancaman yang terjadi secara global saat ini rata-rata bisa mencapai 5 miliar setiap bulannya.
Demikian dipaparkan Michael Counsel, Chief Technology Officer Symantec saat menemani 15 media dari Asia Pasifik dan Jepang, termasuk detikINET yang mewakili Indonesia, saat bertandang ke salah satu markas Symantec yang berlokasi di Sydney, Australia.
"Puncak serangan tertinggi memang masih terjadi di Amerika Serikat. Namun Asia menjadi area regional yang paling besar pertumbuhan ancamannya. India contohnya, 15,3% malware berasal dari negara ini," ungkap Counsel.
Dari sekian banyak ancaman, yang paling ditakutkan pun akhirnya kejadian. Mulai dari informasi kartu kredit, tanggal lahir, nomor penduduk, alamat rumah, catatan medis, nomor telepon, informasi keuangan, alamat email, password, dan informasi penting lainnya yang ikut bobol.
Jumlah informasi yang bobol pun jangan ditanya. Karena Symantec saja menganggap 2013 itu tahunnya pembobolan besar-besaran, the year of mega breach. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah insiden pembobolan melonjak 62%.
Dari 156 insiden pembobolan yang menyebabkan 93 juta indentitas terekspos di 2012, melonjak jadi 253 insiden yang membuka informasi 552 juta identitas pengguna di seluruh dunia. Hebatnya lagi, 66% pembobolan ini baru terdeteksi paling cepat 30 hari lebih, dan membutuhkan waktu sedikitnya empat bulan untuk perbaikan.
Kejadian ini jelas membuat dunia terperangah dan membuat perusahaan sekuriti macam Symantec harus bekerja lebih keras untuk menghadang serangan dan meminimalisir risiko. Kata Counsel, mereka mau tak mau harus terus waspada --terus buka mata pasang telinga layaknya anjing penjaga.
(rou/tyo)
