Target, pusat perbelanjaan besar di Negeri Kanguru itu, tidak lagi menjual GTA V di tokonya yang tersebar di seluruh Australia. Hal itu menyusul petisi online yang digagas tiga pekerja seks setempat untuk memprotes GTA V.
GTA V dianggap mengumbar kekerasan pada kaum wanita. Petisi online itu sukses dan ditandatangani sekitar 40 ribu orang. "Game seperti ini membuat generasi pria masa depan akan menoleransi kekerasan pada wanita," demikian tertulis dalam petisi.
Tak semua senang dengan kebijakan Target. Menurut mereka, GTA semata untuk hiburan dan tidak ada bukti kuat bahwa game tersebut akan memicu pemainnya melakukan kekerasan di dunia nyata.
"Aku sudah memainkannya sejak umur 10 tahun dan aku bukanlah pembunuh. Aku tak mengejar ngejar wanita prostitusi," ucap Kiley, seorang gamer asal Brisbane yang dikutip detikINET dari News.com.au, Jumat (5/12/2015).
"Kalau ditelusuri sebenarnya ada lebih banyak kekerasan terhadap kaum pria di GTA. Aku suka game ini dan aku selalu main dari awal sampai akhir, ia tidak merendahkan wanita. Aku tak pernah merasa terganggu dengan cara game ini menampilkan wanita," kata Kiley lagi.
"Aku pikir tidak seharusnya toko menghentikan penjualan hanya karena sebuah petisi. Dan kami sebagai gamer seharusnya punya kebebasan untuk membelinya. Jadi hal ini cukup konyol," tambah dia.Next
(fyk/ash)