Berkantor di Indonesia, Red Hat Bangkitkan Gairah Open Source

Jakarta - Bukan tanpa alasan ketika Red Hat akhirnya memutuskan untuk berkantor di Indonesia. Memang, faktor bisnis salah satu yang paling utama. Tapi di sisi lain, kehadirannya bisa membawa dampak besar bagi dunia open source yang tengah 'mati suri' di negeri ini.

Seperti diketahui, belakangan pamor open source kian meredup di Indonesia. Inisiatif untuk mengusung platform terbuka yang sebelumnya lantang disuarakan melalui gerakan Indonesia Goes Open Source (IGOS) pun seakan jalan di tempat.


Namun dengan kehadiran Red Hat, bukan tak mungkin kiprah open source akan kembali bangkit di tanah air. Saat Red Hat meresmikan kantor barunya di Jakarta, turut hadir pejuang open source Onno W Purbo dan Dirjen Aplikasi Telematika Kementerian Kominfo, Bambang Heru.


"Kehadiran kami di sini merupakan bentuk komitmen kami setelah sekian lama berbisnis di Indonesia. Selain dengan enterprise, kami juga menjaga hubungan dengan pemerintah untuk gerakan inisiatif lokal," kata Dirk-Peter van Leeuewen, Senior Vice President & General Manager Red Hat Asia Pacific, saat berbincang dengan detikINET di Ritz Carlton, Jakarta.


Indonesia, menurutnya, punya potensi besar untuk maju pesat bersama open source. Hal itu tak diragukannya mengingat pertumbuhan ekonomi di negeri ini sedang melaju cepat.


"Kami terus tumbuh dan ekonomi Indonesia juga tumbuh sangat pesat. Bahkan di 2018 nanti kalau kita lihat dari forecast external market, ekonomi Indonesia bisa mengalahkan Australia," kata pria yang akrab disapa dengan inisial DP ini.


Itu sebabnya, Red Hat mengaku tak ragu ketika memutuskan untuk menjejakkan langkah bisnisnya lebih jauh lagi di Indonesia. Menurut DP, pihaknya memerlukan waktu sekitar dua tahun agar bisa membangun kantor di Jakarta.


Untuk aktivitas bisnisnya sehari-hari nanti, Red Hat pun telah menunjuk Jibenk Wijayanti sebagai Country Manager di Indonesia. Sebuah kebanggaan karena Red Hat mau mempercayakan bisnis yang cukup besar kepada seorang wanita asli Indonesia. Menurut kabar yang beredar, target yang dibebankan kepadanya sekitar USD 1 juta.


"Di Indonesia untuk urusan bisnis enterprise, kami akan fokus ke channel bisnis kami seperti pemerintahan, finance, dan banking. Kami juga berbisnis dengan operator seluler seperti Telkomsel dan XL Axiata. Kami tak bisa bicara besaran angka bisnisnya, tapi kami akan agresif untuk peluang tumbuh besar," pungkas DP.


(rou/rou)