Wanita muda usia 22 tahun yang juga berprofesi sebagai penari ini pun segera mengambil ponselnya dan mengikuti perkembangan terbaru yang terjadi di pusat kota Hong Kong antara demonstrasi pro-demokrasi dengan polisi.
"Sementara kami melancarkan demonstrasi, kami juga berteriak satu sama lain menyampaikan berita. Baik sebelum dan sesudah kejadian, saya akan terus memperbaruinya di internet," kata Li saat berbincang dengan CNN, seperti dikutip detikINET, Selasa (30/9/2014).
Hong Kong memang salah satu negara maju di Asia, respon teknoogi tinggi menjadi hal yang lumrah di sini. Berbekal jaringan mobile tercepat, para aktivis muda ini menjadikan ponsel sebagai salah satu bekal untuk melancarkan demonstrasi.
"Internet adalah alasan penting protes ini telah meledak cepat dan begitu keluar dari kendali. Kita semua ingin berita instan, karena semua orang ini sangat gelisah," kata Li.
Memang ada pemadangan sedikit janggal, ketika para polisi telah melepaskan gas air matanya, banyak anak muda ini menggengam smartphone untuk mengabarkan kondisi terkini melalui messaging apps, seperti whatsapp dan FireTalk.
Media sosial yang dekat dengan anak muda, dan menjadi alat untuk demosntrasi memang seperti tak lekat di Hong Kong. Apalagi pemimpin demonstrasi ini, Joshua Wong, adalah siswa SMA yang masih berusia 17 tahun.
Dengan media sosial dan internet, dia mengorganisir sekitar 120 ribu rakyat Hong Kong yang menuntut demokrasi di negara bekas koloni Inggris tersebut.
(tyo/rou)