"70% perusahaan yang disurvei mengalami kehilangan data atau downtime dalam kurun waktu setahun terakhir. Bisnis mengalami rata-rata downtime lebih dari dua hari kerja dalam kurun waktu yang sama," kata Country Manager EMC Indonesia Adi Rusli.
Dalam pertemuan dengan media di restoran Seribu Rasa Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2014), Adi menyebutkan konsekuensi komersial lain akibat data hilang dan downtime adalah terlambatnya pengembangan produk dan layanan, menurunnya produktivitas karyawan dan hilangnya pemasukan.
"Operator misalnya, itu kalau sistem top up mereka mati sejam saja miliaran ruginya. Kalau data hilang, mereka bisa restore berjam-jam. Waktu yang dibutuhkan misal 12 jam, satu jam saja ruginya bisa 30 miliar," kata Adi memberikan contoh.
Itu sebabnya, proteksi data tak bisa diabaikan. Sayangnya, adopsi teknologi perlindungan data masih rendah. Kesadaran akan perlindungan data ada, namun kemauan untuk alokasi membangun sistem perlindungan data masih kurang.
Padahal, tren bisnis seperti big data, mobile dan hybrid cloud saat ini melahirkan beragam tantangan baru untuk proteksi data di Indonesia.
"30% bisnis kurang memiliki perencanaan dalam pemulihan gangguan untuk lingkungan big data, mobile dan hybrid cloud dan hanya 16% yang memiliki rencana untuk ketiganya," papar Adi.
Dia memberikan analogi, proteksi data seperti asuransi, yakni baru akan terasa dan terlihat nilai bisnisnya jika terjadi apa-apa. Proteksi data menurutnya kecil jika dibandingkan dengan kerugian akibat kehilangan data dan donwtime ketika terjadi gangguan.
(rns/ash)