Itu sebabnya, menteri yang akrab disapa Chief RA itu meminta skema kerjasama yang kongkret ditawarkan operator dengan pemain OTT global agar tercipta kondisi yang setara antara penyedia jaringan dengan pemain konten.
“Saya minta semua operator untuk mengumpulkan data soal OTT global itu. Mana yang trafiknya tinggi, pengguna banyak, atau haus bandwidth," ujarnya dalam HUT ke-3 IndoTelko Forum di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (11/12/2014).
"Nanti berikan ke saya, akan dibantu mediasi dengan mereka idealnya skema kerjasama bagaimana. Mudah-mudahan sebelum Maret 2015, tak ada lagi cerita soal OTT ini seperti keluhan operator,” paparnya lebih lanjut.
OTT adalah pemain yang identik sebagai pengisi pipa data milik operator. Para pemain OTT ini dianggap sebagai bahaya laten bagi para operator karena tidak mengeluarkan investasi besar, tetapi mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator.
Menurut Rudiantara, dalam menghadapi OTT semacam Google cs ini, pendekatannya ada dua, yakni secara represif atau bisnis. Pendekatan ini telah dijajal menteri saat bertemu dengan CEO Path Dave Morin.
“Kita bisa saja chauvinistic, tetapi tidak bisa seperti itu. Kita harus seperti memegang ikan, tak boleh terlalu ketat karena bisa mati, tak bisa terlalu longgar malah lari,” jelasnya
(rou/fyk)