Kolaborasi di Era Teknologi Informasi

Jakarta - Selama 68 tahun terakhir, perekonomian Indonesia telah tumbuh begitu rupa dan tahun ini mencapai taraf tertinggi di Asia Tenggara. Asia Development Bank dan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,9% pada 2013 dan diperkirakan mencapai 6,6% pada 2014.

Indonesia dan kota-kota besarnya telah tumbuh menjadi negara yang hidup dengan masyarakat dan lansekap bisnis yang bergerak dengan cepat dan penuh potensi.


Dengan wilayah geografis yang strategis, di antara dua samudera dan dua benua besar, ditopang dengan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan dukungan dari pemerintah, Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu tujuan perusahaan besar dan kecil.


Terjadinya ekspansi bisnis senilai US$ 2,7 miliar dari sebuah pabrikan otomotif terbesar di dunia adalah rencana bisnis yang signifikan pada paruh pertama 2013.


Tenaga kerja yang memiliki mobilitas tinggi dan kolaboratif dipicu oleh pengadopsian yang luas akan budaya Bring Your Own Device (BYOD) telah menolong mendorong berjalannya bisnis siang dan malam, baik di dalam negeri dan dengan perusahaan dan koleganya di zona waktu yang lain.


Meski agak melambat dari target semula, tahun 2013 memperlihatkan pergerakan perekonomian Indonesia yang lebih baik di Asia Tenggara.


Meski begitu, pemerintah terus menekankan kepada institusi pemerintahan dan dunia usaya akan pentingnya efisiensi, perlunya mendorong produktivitas dan efektif dalam menggunakan anggaran, sembari menyajikan pelayanan yang lebih baik kepada publik dan konsumen.


Studi teranyar Avaya Asia Pacific Customer Experience Index mendapati bahwa lebih dari 63 persen konsumen di Asia Pasifik, sudah bersedia membayar lebih untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas.


Bahkan 40 persen di antaranya berani membayar 20 persen lebih mahal untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi.


Konsumen saat ini pun sudah mengadopsi berbagai macam saluran komunikasi untuk berinteraksi dengan dunia bisnis, baik melalui perangkat bergerak, perangkat online, dan jejaring sosial.


Agar dunia bisnis di Indonesia kian sukses, Avaya berbagi tiga tips:


1. Berkolaborasi secara 'real time' untuk mengakselerasi momentum bisnis.


Terjadinya efek bottleneck di dunia bisnis tidak lagi disebabkan oleh ketiadaan akses terhadap informasi, tapi pada kemampuan untuk menghubungkan orang per orang dengan informasi yang tepat dan pada waktu yang tepat.


Dengan ledakan jumlah perangkat, aplikasi, dan saluran komunikasi untuk bisnis, sangat penting bagi pebisnis dan dunia usaha di Indonesia untuk mengelola bisnis yang terkolaborasi secara real time dengan pendekatan yang terkoordinasi dan mudah digunakan alias user friendly.


Statistik dari Forrester mendapati bahwa solusi Unified Communication (UC) bisa memberikan keuntungan operasional, produktivitas, dan strategi, termasuk penghematan pengeluaran biaya komunikasi sampai 30-40 persen dan bisa lebih.


Di Avaya, investasi global sebesar US$ 1,5 juta berupa pengintegrasian kapabilitas video, telah menghemat sampai US$ 18 juta untuk biaya perjalanan setahun.


Sejalan dengan seruan pemerintah untuk efisiensi besar-besaran tadi, teknologi yang inovatif dengan kemampuan kolaborasi terintegrasi untuk menyatukan orang-orang secara efektif akan menghemat waktu, uang, dan meningkatkan produktivitas.


2. Tetap konsisten sambil menampung semua perbedaan dalam cara memberikan pengalaman konsumen yang terbaik.


Menciptakan pengalaman konsumen yang terbaik demi mempertahankan konsumen yang terbaik, tak pernah sepenting hari-hari ini.


Avaya Asia Pacific Customer Experience Index Survey mendapati bahwa dua dari lima konsumen akan dengan mudah mengalihkan urusan mereka kalau mendapati pelayanan konsumen yang buruk.


Konsumen bahkan lebih cepat mengadopsi teknologi baru ketimbang perusahaan yang melayani mereka, dan mereka mengharapkan perusahaan mempunyai layanan akses yang lebih pribadi dan tepat waktu melalui berbagai macam perangkat.


Melalui panggilan telepon, email, perangkat untuk online, media sosial, dan dengan adanya peningkatan kebutuhan akan komunikasi multichannel, bisnis hari-hari ini harus mengubah arsitektur komunikasi mereka supaya mendukung multimedia, komunikasi multi-modal, yang bisa diadaptasikan dengan mudah ke tipe kontak yang baru.


Pusat kontak sering menjadi pusat data konsumen dan kian hari memberikan peluang bagi perusahaan untuk menganalisa input konsumen dan menyajikan layanan yang tepat setelah memahami preferensi mereka dengan baik.


Menyajikan saluran yang tepat untuk mendengarkan masukan dan memberikan respon dengan tepat, akan menjadi instrumen penolong bagi bisnis untuk menemukan strategi yang tepat dan arsitektur komunikasi yang terintegrasi dengan kuat.


Sambil menunggu Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia mengeluarkan undang-undang perlindungan data yang sedang disusun, pebisnis sudah harus memastikan bahwa strategi pengelolaan konsumen mereka susah tepat, sambil terus menyajikan pelayanan konsumen yang konsisten, terbaik, dan multichannel.


3. Memakai model yang tepat untuk mengoptimalkan investasi teknologi dalam bisnis Anda.


Menurut survei global terbaru dari Gartner terhadap lebih dari 2.000 CIO, perusahaan menginvestasikan lebih dari US$ 230 miliar untuk sektor teknologi informasi. Tapi diakui bahwa hanya rata-rata 43 persen dari investasi itu yang potensial.


Dengan makin tingginya tekanan untuk mengurangi ongkos dan meningkatkan sumber daya pengelolaan IT, pebisnis memerlukan suatu model terbaik untuk merekrut tenaga komunikasi yang dibutuhkan, baik memakai layanan pihak ketiga atau internal, maupun dengan pendekatan swalayan.


Aplikasi cloud, orkestrasi cloud, dan kemampuan untuk menyatukan semua sumber daya demi mendorong produktivitas dan efisiensi sistem komunikasi yang aman secara ekstrim, akan sangat bernilai bagi dunia usaha untuk mengekstraksi nilai maksimal dari investasi mereka.


Lingkungan cloud kolaboratif yang terstruktur dengan baik akan membantu dunia usaha menghadapi tantangan pengelolaan lingkungan BYOD, tenaga kerja yang tersebar luas, dan memenuhi permintaan konsumen, serta pengelolaan yang efektif akan memberikan benefit minimal 15-20 persen dari total cost of ownership.


Pada saat dunia usaha di Indonesia bergerak ke arah produktivitas yang lebih baik, tenaga kerja yang semakin tinggi mobilitasnya, lingkungan kerja yang terkolaborasi dengan baik, terkendali, dan bersatunya semua sumber daya yang ada, akan jadi kunci dalam mendiferensiasi kesuksesan bisnis yang akan datang.


*) Penulis, Endang Rachmawati adalah Country Manager Avaya Indonesia.


(ash/ash)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!