Seperti diketahui, Apple baru saja memperkenalkan dua iPhone terbarunya. Salah satunya iPhone 5C adalah versi 'terjangkau' sementara satu lainnya, iPhone 5S merupakan perangkat high end.
Yang menarik, dan paling menjadi sorotan adalah iPhone 5C. Ini adalah pertama kalinya Apple yang dikenal dengan produk premium, merilis perangkat yang disebut sebagai versi terjangkau.
Padahal, harga iPhone 5C tak semurah yang dibayangkan lantaran dibanderol mulai USD 99 dengan kontrak dua tahun atau tanpa kontrak mencapai SGD 849 (Rp 7,5 juta) untuk versi 16 GB dan 32 GB dijual SGD 988 (Rp 8,7 juta). Yang pasti, iPhone 5C jadi senjata Apple memperluas segmen pasar baru.
Tapi reaksi lantai bursa rupanya kurang bersahabat. Tak lama setelah pengumuman produk disampaikan, saham Apple turun 0,6% ke angka USD 502,85. Pada penutupan perdagangan Selasa sore, tercatat penurunan saham Apple terjadi sebesar 3% menjadi di bawah USD 500.
Dilansir Wall Street Journal, Rabu (11/9/2013), Brian Marshall, analis dari ISI group mengatakan, dirinya yakin iPhone 5C mengagumkan. Namun pertanyaannya, apakah total biaya dan marjin kotor perangkat baru ini bisa membantu Apple menghajar pasar.
Sementara analis lain dari Deutsche Bank Chris Whitmore, mencoba membandingkannya dengan performa saham setelah pengumuman sejumlah seri iPhone sebelumnya. Data yang dikumpulkannya memperlihatkan, rata-rata saham Apple naik 1% pada hari pengumumannya.
Performa ini berlanjut lima hari setelah iPhone terbaru diluncurkan, dengan rata-rata kenaikan harga saham 2%. Kini, di peluncuran iPhone 5C dan iPhone 5S, dia mengaku cemas dengan pergerakan saham Apple selanjutnya setelah pengumuman produk.
(rns/ash)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!