Lalu Lintas Data Terenkripsi Bisa Disusupi Malware!

Jakarta - Sebagian besar situs dan lalu lintas data di internet menggunakan enkripsi agar lebih aman dari ancaman keamanan, spoofing, pencurian data, dan lain sebagainya.

Meski memiliki banyak kelebihan, ternyata enkripsi lalu lintas data malah membuat program jahat bisa bersarang di sana dan tidak terlihat oleh sistem keamanan perusahaan karena 'mata' pemindai tidak bisa menembus lapisan keamanan enkripsi atau SSL tersebut.


Salah satu contoh ancaman malware yang bersembunyi di balik lalu lintas data terenkripsi adalah Dyre, sebuah Trojan asal Ukraina yang tersebar luas dan bisa mencuri password pengguna, mengungkap nomor Social Security, nomor dan informasi rekening bank, informasi kesehatan yang rahasia, hak cipta intelektual, dan sebagainya.


Blue Coat Systems, Inc., pemain dalam teknologi keamanan bisnis, mengumumkan hasil riset yang menunjukkan bahwa semakin maraknya penggunaan sistem enkripsi untuk mengamankan data justru menciptakan kondisi yang sempurna bagi para penjahat cyber untuk menyelipkan malware di dalam data transaksi yang dienkripsi.


Penggunaan enkripsi di berbagai jenis situs web, baik bisnis dan konsumen, malah meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan pribadi. Saat ini, delapan dari 10 situs web yang teratas di dunia menurut Alexa memiliki teknologi enkripsi SSL di seluruh bagian dari situs mereka.


Contohnya, raksasa teknologi dunia semisal Google, Amazon dan Facebook, sudah berpindah ke model 'always on HTTPS' untuk mengamankan data yang dialirkan melalui enkripsi SSL.


Aplikasi yang penting bagi bisnis, contohnya penyimpanan file, pencarian, software bisnis berbasis cloud serta media sosial, sudah sejak lama menerapkan enkripsi untuk melindungi data yang dialirkan.Next


(ash/ash)