Mengapa Path Tenggelam di Kandangnya?

Jakarta - Path kini menjadi jejaring sosial yang banyak digunakan di Indonesia. Tak terlalu mengherankan mungkin, karena warga di sini memang dikenal sebagai pengguna jejaring sosial yang kuat. Tengok saja betapa kuat posisi Facebook atau Twitter di sini.

Pertanyaannya, mengapa Path justru tenggelam saat ini di negara asalnya, Amerika Serikat? Padahal Facebook atau Twitter sangat diminati di sana. Beberapa media setempat pun coba menganalisisnya.


Misalnya Business Insider. Mereka menilai, Path memang menjanjikan pada awalnya sehingga investor pun berdatangan dan berinvestasi sampai puluhan juta dolar.


"Jika Anda bisa menciptakan Facebook lagi dari awal, akan seperti apa? Jawabannya mungkin sebuah situs pertemanan lebih erat. Di Facebook, news feed penuh dengan orang yang tidak begitu dekat. Path coba memecahkan masalah itu dengan membatasi koneksi teman," tulis Alyson Shontell di Business Insider.


Tapi mengapa kemudian Path gagal populer? "Ada yang mengatakan jejaring sosial sudah banyak dan tidak ada alasan pindah ke Path. Tapi ada isu besar. Jika user tidak punya teman sejati yang menggunakan Path, maka tidak ada alasan untuk memakainya," tulisnya.


Itulah mungkin yang memicu CEO Path Dave Morin menambah jumlah teman menjadi 500 saat ini. Meskipun tetap saja masih sulit untuk kembali memikat pengguna di AS. Padahal di sana, Path punya awal yang menjanjikan.


"Mungkin eksekusi strategi mereka kurang bagus, kemudian terlalu fokus pada desain ketimbang utilitas atau diferensiasi. Namun perlu diingat kalau Path belum mati. Mereka punya user dan masih punya waktu," tulis Michael Carney dari Pando Daily.


Apapun itu, Path memang tidak dapat dipungkiri melesat di Indonesia, sebuah kabar baik di tengah perjuangan mereka meraih popularitas di pasar lain. Dan Dave Morin pun menegaskan komitmennya untuk mengembangkan pasar di sini.


"Hal terbesar yang bisa dikatakan tentang Path pada hari ini adalah mereka sangat besar di Indonesia. Perusahaan sepertinya sudah menerima hal itu sebagai takdir," tulis Michael.

(fyk/ash)