Bisnis Makin Ketat, Qualcomm: Kadang Menang, Kadang Kalah

Singapura - Qualcomm tak lagi ada di zona nyaman dan mulai merasakan tekanan. Bisnis system on chip (SoC) yang mulai fokus digelutinya 1998 silam, beberapa tahun terakhir ini mulai diganggu dengan kehadiran kompetitor baru.

Tim McDonough, Vice President Marketing Qualcomm Incorporated, mengakui bahwa persaingan antara pemain bisnis chipset mobile memang semakin ketat seiring makin agresifnya pemain seperti MediaTek, Intel, Samsung, dan Nvidia.


"Dalam beberapa tahun terakhir bisnis mobile memang sangat kompetitif, jadi bukan hal yang baru lagi. Saya rasa kami masih sangat percaya diri dan bijak di saat bersamaan," ujarnya saat ditemui detikINET dan sejumlah media di acara workshop Snapdragon 810, di Hotel Sofitel, Singapura.


Menurutnya, untuk memenangkan persaingan, inovasi adalah sesuatu yang mutlak tak bisa ditawar-tawar. Tanpa adanya inovasi, misalnya seperti Qualcomm yang baru saja merilis Snapdragon 810 untuk jajaran smartphone tablet flagship, bisa jadi sekarang posisi Qualcomm akan terancam.


"Anda bisa menang atau kalah dengan sangat cepat di bisnis ini (tanpa adanya inovasi). Terkadang kami menang, kadang pula kalah," tegasnya.


Dalam hal inovasi, Qualcomm sendiri tak mau berhenti mengembangkan produk sampai ke level smartphone maupun tablet saja. Dengan masuknya era internet of things (IoT) dan internet of everythings (IoE), peluang pun kembali terbuka untuk siapa saja menjadi penguasa baru.


Hal itu pun coba diantisipasi Qualcomm dengan menciptakan sejumlah platform baru. Snapdragon 810 yang ada saat ini, rencananya juga dibenamkan ke segala perangkat yang punya kemampuan bergerak (mobile) dan terhubung (connected) lainnya.


"Kami punya wireless charging, kami juga ada kerja sama dengan produsen mobil seperti Maserati dan Cadillac. Di mobil nanti ada 22 jenis sensor yang kami benamkan. Tunggu saja kejutannya di 2016, akan ada alasan untuk beli mobil baru," pungkasnya.


(rou/ash)