Stroke sejatinya disebabkan adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak sehingga pasokan darah dan oksigen ke otak berkurang sehingga mematikan sel-sel saraf otak. Mengacu dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya 15 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit mematikan ini.
Beranjak dari pemikiran itu, lima insinyur Samsung coba menciptakan Early Detection Sensor & Alhorithm Package (EDSAP). Wearable yang menyerupai headset ini dapat merekam gelombang elektrik di dalam otak. Gelombang tersebut kemudian akan dibaca dan dianalisa oleh aplikasi mobile dan memberitahu apakah pengguna beresiko terkena stroke atau tidak.
Proyek ini sebenarnya sudah dimulai dua tahun lalu, dimana kala itu sekelompok insinyur Samsung membayangkan perubahan dan bersama-sama menciptakan alat yang dapat menanggulangi permasalahan stroke.
"Sensor EDSAP dapat memonitor dan menganalisa gelombang otak lebih cepat 15 menit dari alat-alat yang selama ini banyak digunakan di rumah sakit. Sensor ini mampu untuk memindai gelombang otak secara detil," ujar salah seorang insinyur Samsung.
Selain dapat mendeteksi gejala awal dari stroke, sistem perangkat tersebut juga dapat menganalisa stres dan pola tidur. Prinsip kerja EDSAP juga berpotensi digunakan untuk memantau detak jantung sehingga bukan hal yang mustahil jika ke depannya teknologi itu dapat digunakan untuk memantau jantung.
Sementara itu, Joe Korner selaku Director of External Affairs dalam Asosiasi Stroke mengatakan jika stroke merupakan penyakit yang tidak bisa dihindari.
"Dalam banyak kasus ada beberapa tahap dimana orang-orang bisa mengurangi risiko terkena stroke, seperti menjaga tekanan darah dalam pengawasan, makan yang teratur, dan banyak olahraga," ujar Korener dikutip detikINET dari Cnet, Jumat (23/1/2015).
Pun begitu, EDSAP masih dalam tahap awal pengembangan dan butuh beberapa kali pengujian sebelum akhirnya teknologi tersebut siap untuk dipasarkan.
(ash/ash)