Yuk, Belajar Bahasa Daerah di Twitter




Ilustrasi (Ist.)


Jakarta - Siapa bilang bahasa daerah makin punah? Coba iseng buka Twitter, ada sejumlah akun yang masih aktif berbahasa daerah. Bahkan ada akun-akun yang sengaja memperkenalkan bahasa daerah. Followernya pun lumayan banyak lho.

Bahasa adalah media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Sebagai makhluk yang memiliki gen yang mengatur bahasa, manusia mendapatkan kelebihan dibandingkan primata, dan bahkan makhluk lain, untuk mengkonstruksi bahasa yang demikian canggihnya.


Indonesia, adalah suatu negara yang memiliki 800 suku bangsa, dan setiap dari mereka memiliki bahasa dan dialek tersendiri yang berbeda satu sama yang lain. Suatu kompleksitas luar biasa, yang rasanya sukar ditemukan pada negara lain.


Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, bahasa daerah tetap digunakan sampai sekarang untuk media komunikasi. Bahkan, penetrasi bahasa daerah juga dapat dirasakan di media sosial (medsos), terutama di Twitter. Seperti apa penetrasi mereka? Bagaimana kira-kira keberadaan akun-akun tersebut di masa depan?


Akun-akun Twitter Berbahasa Daerah


Twitter adalah medsos yang sangat portable, sehingga dapat digunakan hanya dengan sumber daya komputasi yang terbatas. Oleh karena itu, hanya dengan bantuan smartphone sederhana sekalipunpenggunaan Twitter sudah dapat dirasakan ke seluruh penjuru negara.


Bahasa daerah, yang sesungguhnya masih tetap aktif digunakan, akhirnya mendapatkan media baru untuk mendiseminasikan eksistensinya.


Ada sekian banyak akun, yang berdasarkan pemantauan, cukup aktif dalam mendiseminasikan bahasa daerah di dunia maya. Misalnya @bahaso_minang yang mengajarkan bahasa minang; @KamusMinang yang menerjemahkan bahasa minang ke bahasa Indonesia, dan sebaliknya; @NgomongNgapak dan @OjoNesu yang mentwitkan bahasa jawa; ada juga @tweet_SUNDA dan @bahasa_sunda yang berkicau bahasa sunda; @KamusBasaSunda yang menerjemahkan bahasa sunda ke Indonesia, dan sebaliknya.


Selain itu, ada juga akun-akun sejenis yang juga cukup aktif seperti @klikmadura, @BahasaMakassar, @bahasa_aceh, @belajarbatak, @KamusBatak, dan @bahasabali.


Fitur penerjemahan bahasa daerah yang ditawarkan pada admin tersebut tergolong unik. Sebagai contoh, kita memiliki contoh kalimat berbahasa Indonesia, dengan mention saja, mereka akan dengan sedia menerjemahkannya ke bahasa daerah.


Hal tersebut juga bisa dilakukan sebaliknya. Upaya ini seyogyanya dihargai, sebab akan berakibat bahasa daerah tersebut mulai dimengerti oleh suku bangsa lain.


Interaksi yang terjadi antara akun-akun tersebut, dengan akun lain menunjukkan, bahwa ternyata bahasa daerah masih tetap diminati oleh publik. Banyak yang ternyata tidak hanya bertanya mengenai bahasa, namun juga adat-istiadat dan pemandangan alam yang ada di daerah tersebut.


Berbahasa Adalah Eksistensi Budaya


Penggunaan bahasa daerah bukanlah merupakan sentimen primordial yang negatif, namun merupakan upaya untuk memperkuat manifestasi keanekaragaman bangsa. Salah satu poin sumpah pemuda adalah 'Berbahasa Persatuan, Bahasa Indonesia’ bukan 'Berbahasa Satu', yang mengimplikasikan bahwa hanya bahasa Indonesia yang boleh eksis.


Bahasa daerah juga memiliki hak untuk eksis, dan berkontribusi dalam pengembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Twitter merupakan medsos yang sangat bermanfaat dalam melestarikan bahasa daerah.


Hukum termodinamika menyatakan bahwa dengan meningkatnya entropi/ketidak teraturan, maka sistim akan semakin stabil. Implikasinya, semakin beraneka-ragamnya Indonesia, justru akan menjadi perekat bagi integrasi bangsa ini.


Melihat kuatnya eksistensi akun berbahasa daerah di Twitter, rasanya bisa menjadi semacam uji pendahuluan, bahwa pemakai bahasa daerah masihlah banyak.


Oleh karena itu, rasanya menjadi sangat urgen, kalau bahasa daerah sebagai muatan lokal di pelajaran sekolah tetaplah dipertahankan, dan pemerintah mengambil langkah lebih proaktif untuk melindungi bahasa daerah.


Diseminasi bahasa daerah dalam bentuk siaran radio, TV, dan penerbitan majalah adalah salah satu bentuk pelestarian yang mungkin bisa diambil.









Arli Aditya Parikesit Tentang Penulis: Dr.rer.nat Arli Aditya Parikesit adalah alumni program Phd Bioinformatika dari Universitas Leipzig, Jerman; Peneliti di Departemen Kimia UI; Managing Editor Netsains.com; dan mantan Koordinator Media/Publikasi PCI NU Jerman. Ia bisa dihubungi melalui akun @arli_par di twitter, https://www.facebook.com/arli.parikesit di facebook, dan www.gplus.to/arli di google+.



( ash / ash )

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!