Pendapatan Bakrie Telecom Merosot 32%

Jakarta - Kinerja operasional Bakrie Telecom belum juga kinclong di sepanjang kuartal pertama 2014. Penyelenggara layanan Esia ini hanya berhasil mencatatkan pendapatan Rp 390,499 miliar, merosot 32% dibandingkan periode tahun lalu Rp 582,497 miliar.

Padahal, di periode yang berakhir Maret 2014 ini pelanggan Esia mencapai 12,258 juta nomor atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 11,651 juta pelanggan.


Seperti dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (25/4/2014), emiten dengan kode BTEL ini menderita kerugian usaha sebesar Rp 65,761 miliar. Berbanding terbalik dengan kondisi sama tahun lalu yang untung usaha Rp 50,380 miliar.


Namun, di sisi bottom line, Bakrie Telecom membukukan laba bersih sebesar Rp 210,7 miliar pada kuartal pertama 2014 , lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun 2013 yang merugi Rp 97,5 miliar.


Pencapaian ini sepertinya didukung oleh keberhasilan perseroan dalam melakukan penurunan beban usaha sebesar 14% dan mendapatkan keuntungan dari kurs sebesar Rp 440,119 miliar.


Pada Mei 2014 nanti BTEL juga harus membayar kembali cicilan bunga utang berdenominasi dollar AS. Perusahaan yang dipimpin Presiden Direktur Jastiro Abi ini juga menanggung beban utang berupa wesel senior dengan total nilai USD 380 juta.


Surat utang itu memiliki bunga 11,5% per tahun. Cicilan bunga dari surat utang yang jatuh tempo 7 Mei 2015 ini harus dibayar dua kali setahun. Yaitu, setiap tanggal 7 Mei dan 7 November.


Dengan demikian, 7 Mei 2014 nanti, BTEL harus menyiapkan dana US$ 21,85 juta atau Rp 246,9 miliar. Nilai yang sama juga harus dipersiapkan manajemen BTEL di 7 November 2014 mendatang.


Pada periode pembayaran cicilan 7 November 2013, BTEL mendapatkan keringanan berupa penundaan pembayaran dari kreditur. Sejak 9 Juli 2013, BTEL menunjuk FTI consulting sebagai financial advisor untuk melakukan penelaahan bisnis dan keuangan. Kemudian, BTEL dan para pemegang obligasi membentuk steering committee untuk membahas re-profiling utang obligasi.


Sepanjang 2013 lalu Bakrie Telecom membukukan kerugian Rp 2,645 triliun . Tahun ini Bakrie menyiapkan belanja modal sekitar USD 25 juta hingga USD 30 juta untuk menopang operasionalnya agar kinerja terus membaik. (rou/ash)