Berdasarkan data yang dilansir lembaga Shareaholic, hingga April 2014 Google Chrome menguasai 34,65% dari total populasi browser, baik yang dipakai pada ponsel atau juga komputer.
Sementara, data yang didapat dari 250 juta unique visitor itu, menunjukan Opera hanya berhasil menguasai tak lebih dari 3% pengguna. Padahal secara fitur browser asal Norwegia itu tak kalah canggih dengan para pesaingnya.
Namun hal itu ditepis oleh Krystian Kolondra, Senior Vice President of Products Opera Sofware, ia melihat bahwa Google dan Opera tidak bisa dibandingkan secara apple-to-apple.
"Google bukan pesaing kami. Karena pasar kami bukan di browser saja," kilah Kolondra.
Lebih lanjut pria Polandia itu menjelaskan sejumlah pendapatan lain yang mereka dapat di luar browser, misal engine software yang banyak dipakai peralatan elektronik seperti pemutar Blu-ray, internet TV dan perangkat lainnya. Jadi tak melulu dari sebuah browser.
Kendati demikian bukan berarti Opera mengabaikan persaingan di area browser. Mereka mengaku banyak melakukan riset mendalam untuk tampil sebagai browser yang mampu memuaskan para penggunanya.
"Opera itu mengoptimalkan performa untuk berselancar internet di desktop," pungkas Kolondra, saat ditemui detikINET di kantor Opera di Wroclaw, Polandia.
(eno/tyo)